Hingga 2021, Pendanaan Perusahaan Batu Bara Tembus US$ 3,5 Miliar

marketeers article
Sumber gambar: 123rf

Lembaga swadaya masyarakat (LSM), 350.org Indonesia menuding perbankan di Tanah Air melanggengkan permasalahan perubahan iklim lantaran terus memberikan pendanaan kepada perusahaan-perusahaan batu bara. Bahkan, hal ini tetap dilakukan meskipun pemerintah telah menandatangani perjanjian Paris atau Paris Agreement untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat celcius.

Suriadi Darmoko, Indonesia Finance Campaigner 350.org mengatakan, berdasarkan riset yang dilakukan sejak periode 2015 hingga 2021, total pinjaman untuk perusahaan batu bara sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp 52,1 triliun (kurs Rp 14.904 per US$). Dana ini disalurkan oleh empat bank besar yakni Mandiri, BCA, BRI, dan BNI.

“Ini justru menjauhkan komitmen kita terhadap Komite Tingkat Tinggi (KTT) iklim PBB di Glasgow tahun 2021. Padahal, tren pendanaan batu bara itu merugikan karena keselamatan iklim terancam sehingga komitmen perbankan untuk mendanai energi terbarukan sangat penting,” ujar sosok yang karib disapa Moko dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (29/8/2022).

Menurutnya, riset tersebut difokuskan kepada perusahaan batu bara yang menerima dukungan finansial dari perbankan. Data yang didapatkan bersumber dari keterbukaan publik yang dapat diakses secara bebas baik dari perbankan maupun perusahaan.

Moko menyebut pendanaan diberikan setidaknya kepada 24 perusahaan batu bara besar yang ada di Indonesia. Adapun bank yang paling banyak memberikan pinjaman kepada perusahaan batu bara, yakni Mandiri sebesar US$ 3,1 miliar, diikuti dengan BCA sebesar US$ 170 juta, BRI US$ 122 juta, dan BNI US$ 53 juta.

“Berbeda dengan bank-bank di Eropa dan Amerika, mereka sejauh ini sudah tidak mau membiayai perusahaan batu bara. Maka, kondisi tersebut harus menjadi perhatian semua pihak,” ujarnya.

Faisal Basri, Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) mendesak pemerintah untuk segera membenahi permasalahan tersebut. Sebab, masyarakat dunia dewasa ini sangat memperhatikan isu perubahan iklim dalam setiap aktivitas ekonominya.

Hal itu bukan tanpa sebab. Berkaca pada perilaku investor muda di seluruh negara, mereka cenderung membeli saham-saham perusahaan yang mengedepankan keberlanjutan alam dalam menjalankan bisnis.

“Isu perubahan iklim sekarang menjadi perhatian serius masyarakat dunia. Kalau Indonesia tidak memulai sekarang bisa tertinggal. Ini perlu mendapatkan komitmen yang besar dari pemerintah,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS