HK Webinar Series S3:E1 Ungkap Tren Pemasaran Kuartal Satu Tahun 2022

marketeers article

Era digital menuntut berbagai industri melakukan transformasi digital besar-besaran sebagai langkah adaptasi. Itu artinya, hal tersebut ikut membawa kompetisi di dalamnya. Pada acara HK Webinar Series S3:E1 bertema Getting Into The New Digital Competition yang berlangsung pada 31 Maret 2022 secara online, Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman MarkPlus, Inc. menyampaikan bahwa meskipun saat ini adalah saat persaingan digital, bukan berarti prinsip marketing konvensional sudah tidak berlaku.

“Jangan menganggap kompetisi digital ke depannya semakin mudah. Dengan hadir berbagai hal baru, artinya akan semakin kompleks. Salah jika hanya memanfaatkan digital saja. Namun, lebih salah lagi jika tidak mengadopsi digital sama sekali. Sebab itu, prinsip marketing konvensional masih harus tetap diterapkan dengan disesuaikan dan didukung oleh tools digital. ” tegasnya.

Menariknya, di acara HK Webinar Series S3:E1 ini juga membahas sejumlah fenomena yang menjadi pemberitaan selama kuartal pertama tahun ini. Seluruh fenomena tersebut dijahit oleh Hermawan Kartajaya menjadi tren yang disebut sebagai The Emerging Trends of 2022. Beberapa di antaranya:

Pertama, The Relaxation of Regulation. Pelaku perjalanan luar negeri sudah bebas karantina. Regulasi inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Menurut Hermawan, kini bisa dilihat bahwa pada dasarnya manusia tetap membutuhkan untuk bertemu dan berinteraksi dengan manusia lain secara offline.

“Ketika pertemuan secara langsung dibatasi selama pandemi COVID-19, mau tidak mau digital berperan menjadi solusi yang bisa dimanfaatkan. Ketika Presiden RI Joko Widodo telah mengizinkan masyarakat untuk mudik lebaran tahun ini, kondisi itu membuktikan relaksasi regulasi sangat dibutuhkan,” kata Hermawan.

Kedua, The Rise of Womenpreneur. Terkait perkembangan womenpreneurs, Hermawan Kartajaya yang juga merupakan Chairman of International Council for Small Business (ICSB) Indonesia sekaligus Incoming Chair of ICSB Global menuturkan bahwa jika perempuan menjadi pengusaha, kesetaraan gender akan tercapai secara optimal.

Ia menambahkan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kewirausahaan di antara perempuan. Ditambah lagi pada perhelatan KTT G20 mendatang akan fokus pada isu health, digital, dan sustainable energy. women dan entrepreneur termasuk di dalamnya. 

“Tiga isu tersebut mampu menjadi strategi dan terobosan bagi entrepreneur agar dilirik pemerintah. Berangkat dari situ, kami bergerak lewat Womenpreneur Indonesia Networks (WIN). Kami juga mengajak KemenPPPA, BKKBNB dan IHC untuk bergabung dan menggelar serangkaian kegiatan di beberapa wilayah Indonesia guna menginspirasi para womenpreneur,” ujar Hermawan.

Ketiga, The Success of MotoGP Mandalika. Keempat, The Case Against Boeing. Menurut Hermawan, melalui kejadian Boeing 737 Max yang diungkap pada serial dokumentasi Netflix yang bertajuk Downfall bisa dilihat bahwa teknologi itu ternyata tidak sempurna.

“Serial dokumentasi ini menyadarkan kita bahwa teknologi tanpa peran human seringkali berbahaya. Tapi jika human tidak dibantu oleh teknologi juga salah. Intinya, kita juga tidak boleh menghindari teknologi,” tegasnya.

Kelima, Metaverse: Cases in Banking and Automotive. Pada tren metaverse, beberapa proyek akan berprestasi dibanding lainnya. Sejalan dengan kondisi pasar yang semakin jenuh, sehingga para investor, creator dan pengguna akan beralih ke dunia metaverse yang menawarkan berbagai kemudahan untuk menikmati pengalaman dari rumah.

“Terkait metaverse ini, saya melihat Facebook pun masih mencari bentuk Meta akan seperti apa. Bisa dibilang, fenomena tersebut adalah gambaran yang bisa dimanfaatkan untuk para pemasar menyiapkan diri bertransformasi masuk ke dalam multiverse. Jangan menunggu endemic,” ungkap Hermawan.

Terakhir, SDG’s: Eco-Friendly Hotels. Menurutnya, Sustainable Development Goals (SDGs) berpegang teguh pada nilai no one left behind. Yang mana berarti tidak boleh ada yang tertinggal, termasuk generasi muda, perempuan, dan masyarakat itu sendiri.

“Perusahaan harus bisa visioner. Melihat di tahun 2030 yang didominasi oleh Gen Z. Dengan begitu, yang dibutuhkan adalah pemikiran yang kreatif, inovatif, serta berjiwa entrepreneurship dan leadership,” tutup Hermawan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related