Ikuti Tren, Lemonilo Jajal Masuk Social Commerce

marketeers article
Sumber: 123RF

Pandemi COVID-19 mendorong akselerasi penggunaan e-commerce di Indonesia. Banyak platform e-commerce yang memudahkan masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus  ke luar rumah. Bisa dikatakan, e-commerce sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dari berbagai generasi.

Seiring dengan peningkatan penggunaan e-commerce, muncul tren lain yang tidak kalah populer, yaitu social commerce. Model ini memungkinkan untuk menjual produk melalui media sosial dan pembeli dapat langsung membelinya tanpa harus ke platform lain. Hal ini juga memudahkan para pembeli yang ingin berbelanja produk pilihan mereka.

Berdasarkan laporan Accenture, pada tahun 2021 nilai pasar social commerce global mencapai US$ 492 miliar. Pada tahun 2021, diperkirakan tumbuh tiga kali lebih cepat daripada e-commerce tradisional, menjadi US$ 1,2 triliun. Pertumbuhan tersebut berkat pembelian oleh generasi Milenial dan Gen Z. 

Melihat kondisi tersebut, para merek mulai menjual produk mereka melalui media sosial, seperti TikTok, Instagram, Facebook, hingga WhatsApp. Salah satu merek yang turut masuk ke social commerce adalah Lemonilo, merek makanan sehat dari Indonesia.

Sofwan Said, Senior Product Marketing Manager Lemonilo mengatakan perusahaan menggunakan social commerce untuk meningkatkan awareness, penjualan, dan penetrasi produk-produk ke pasar. Merek ini memanfaatkan platform Instagram dan TikTok dalam menjual produk mereka.

“Kami melihat social commerce ini sebagai salah satu bentuk pemasaran baru. Dengan adanya social commerce, kami dapat memanfaatkan tarikan komunitas atau individu yang audiensnya belum aware akan kehadiran dan keuntungan dari produk-produk kami,” kata Sofwan.

Menurut Sofwan, platform TikTok adalah yang paling efektif. Sebab, total audiensnya lebih banyak sehingga konversi ke penjualan menjadi lebih tinggi. Selain itu, engagement dalam platform tersebut juga tinggi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya pertanyaan dari audiens mengenai produk-produk Lemonilo.

Sofwan mengungkap Lemonilo seringkali melakukan berbagai macam aktivitas, baik itu dalam bentuk live shopping atau membuat konten. Biasanya, saat live shopping, Lemonilo akan selalu memberikan promo diskon, mulai dari 50% hingga 75%. Menurutnya, setiap mengadakan aktivitas di social commerce, antusiasme konsumen pada Lemonilo termasuk tinggi. Hal tersebut terbukti dari jumlah audiens atau viewers yang selalu banyak saat Lemonilo mengadakan liveshopping.

“Kami ingin meningkatkan konversi pembelajaran dari trial users kami untuk membeli produk-produk Lemonilo dengan harga yang ada di bawah harga pasar. Dampaknya, jumlah konversi pembelanjaan produk-produk Lemonilo meningkat pesat bila dibandingkan dengan cara konvensional,” tutur Sofwan.

Menurut Sofwan, dengan berbagai strategi tersebut, Lemonilo dapat mengubah new user menjadi loyal user. Dengan rutin melakukan berbagai aktivitas, para audiens akan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap produk-produk Lemonilo. Pada akhirnya, mereka akan terus mengulang pembelian, bahkan di kanal lain.

“Kalau di social commerce, kurang lebih 75% jumlah transaksi dilakukan oleh new user. Sisanya, dilakukan oleh loyal user dengan memanfaatkan promo yang biasanya kami berikan. Dampak yang Lemonilo lakukan di social commerce ini secara langsung berpengaruh terhadap transaksi di e-commerce dan konvensional,” kata Sofwan.

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Marketeers Edisi Agustus 2022. Selengkapnya bisa ditemukan di sini!

Editor: Ranto Rajagukguk

Related