Imbas Efisiensi Belanja Pemerintah, 83% Hotel Turun Pendapatan

marketeers article
Ilustrasi pemesanan hotel. Sumber gambar: SiteMinder.

Colliers Indonesia, konsultan properti menyebutkan sebanyak 83% hotel mengalami penurunan pendapatan imbas pemangkasan anggaran yang dilakukan pemerintah.

Temuan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) terhadap 717 hotel yang tersebar di 30 kota di Jawa yang kerap digunakan sebagai aktivitas pemerintah.

Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia menjelaskan survei dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada bulan November 2024 dan Januari 2025. Hasilnya, survei pertama hotel yang menyatakan penurunan pendapatan sebesar 40% dan kemudian meningkat menjadi 83% pada suvei kedua.

BACA JUGA: Permintaan Tinggi, OYO Tambah 1.000 Company Serviced Hotel

“Ini memang menunjukkan sentimen negatif yang lebih besar berdasarkan pengalaman mereka,” kata Ferry dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (14/4/2025).

Pada penelitian November 2024, sebanyak 31 responden melaporkan penurunan pendapatan sebesar 30-40%. Bahkan, beberapa di antaranya mengalami penurunan hingga 50%.

BACA JUGA: SiteMinder: 50% Wisatawan Menghabiskan Lebih Banyak Waktu di Hotel

Kemudian pada survei berikutnya, yakni Januari 2025, rata-rata hotel yang mengalami penurunan pendapatan mengalami peningkatan dengan persentase 46%.

“Jadi ini memang menunjukkan kondisinya yang semakin memburuk,” ujarnya.

Guna mengantisipasi penurunan pendapatan, kata Ferry, pengelola hotel melakukan diversifikasi bisnis dengan mengembangkan sektor food and beverage (F&B). Langkah ini dilakukan seiring dengan datangan Ramadan 2025 pada kuartal I tahun 2025.

Kendati demikian, langkah tersebut tidak membuahkan hasil yang positif untuk menambal kekosongan okupansi kamar. Dengan begitu, langkah efisiensi operasional pun tak terhindarkan.

“Pertama yang dilakukan adalah mereka mulai mengurangi jam kerja karyawan, terutama pekerja hariannya. Kemudian ada yang mengambil cuti tidak dibayar karena biaya operasional tidak tertutup sektor F&B dengan turunnya aktivitas pasar,” kata Ferry.

Ferry menyebut jika tak ada kebijakan yang berpihak pada sektor perhotelan, dampak pemangkasan anggaran akan meluas hingga ke Bali. Sebab, sinyal-sinyal penurunan pasar hotel untuk wisatawan domestik saat ini mulai terasa.

Bahkan, target Pemerintah Provinsi Bali yang akan mendatangan 6,5 juta wisatawan asing dan 10 juta wisatawan domestik tahun ini dinilai sebuah pekerjaan yang cukup berat. Hal itu lantaran wisata di Vietnam dan Thailand kini sudah lebih menarik dibandingkan Bali.

“Vietnam dan Thailand memiliki keunggulan pasar Tiongkok atau China dan Korea Selatan sehingga lebih menarik dibandingkan Indonesia. Tapi sebenarnya kita masih bisa menggarap pasar yang penting itu adalah Australia,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS