Impor Naik, Neraca Dagang RI Tetap Surplus US$ 3,89 Miliar

marketeers article
Margo Yuwono, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS). Sumber gambar: Humas BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia pada Desember 2022 senilai US$ 19,94 miliar atau setara dengan Rp 299,7 triliun (kurs Rp 15.027 per US$). Jumlah tersebut naik sebesar 5,16% dibandingkan November 2022.

Margo Yuwono, Kepala BPS menjelaskan nilai impor jika dibandingkan dengan Desember 2021 mengalami penurunan sebesar 6,61%. Secara terperinci, impor komoditas minyak dan gas bumi (migas) senilai US$ 3,20 miliar atau naik 14,15% dibandingkan November 2022.

Sementara itu, impor nonmigas pada Desember 2022 sebesar US$ 16,74 miliar atau naik 3,6% dibandingkan dengan November 2022. Namun, jika dibandingkan Desember 2022, impor nonmigas turun 6,87%.

BACA JUGA: BPS Laporkan Ekspor Desember 2022 Sebesar US$ 23,83 Miliar

“Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Desember 2022 dibandingkan November 2022 adalah serealia senilai US$ 178,8 juta atau setara 66,03%. Sementara itu, penurunan terbesar adalah plastik dan barang dari plastik senilai US$ 124,3 juta atau setara 14,46%,” kata Margo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (16/1/2023).

Dari penuturan Margo, Cina menjadi negara dengan pemasok barang impor nonmigas terbesar sejak periode Januari hingga Desember 2022 dengan nilai US$ 67,16 miliar atau setara 34,07% dari total impor. Kemudian, diikuti oleh Jepang senilai US$ 17,08 miliar atau setara 8,66%.

Pada peringkat ketiga diikuti Thailand sebesar US$ 10,85 miliar atau 5,5% dari keseluruhan impor. Selanjutnya, impor nonmigas dari negara lain di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) sebesar US$ 32,85 miliar atau setara 16,67%.

BACA JUGA: Impor Adalah: Pengertian, Tujuan, dan Jenis-jenisnya

Negara-negara di kawasan Uni Eropa juga menjadi salah satu kontributor impor nonmigas terbesar dengan nilai US$ 11,63 miliar atau setara 5,9%. 

“Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari hingga Desember 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) terjadi peningkatan pada golongan bahan baku atau penolong senilai US$ 33.956,7 juta atau 23,04%. Lalu, ada juga barang modal senilai US$ 7.727,6 juta atau 26,99%, namun barang konsumsi turun US$ 350,5 juta atau 1,74%,” ujarnya.

Meskipun mengalami peningkatan impor, Margo menyebut neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus pada Desember 2022. Hingga akhir tahun lalu tercatat surplus terjadi sebesar US$ 3,89 miliar.

Surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni US$ 5,61 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$1,72 miliar. Selama Januari hingga Desember 2022, meskipun sektor migas mengalami defisit US$24,39 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$78,85 miliar.

“Sehingga secara total tahun 2022 mengalami surplus sebesar US$ 54,46 miliar,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related