Indo Intertex, Menilik Tren Teknologi Printing di Indonesia

marketeers article
Indo Intertex, Menilik Tren Teknologi Printing di Indonesia. (FOTO: Marketeers/Vedhit)

Indo Intertex, pameran mesin dan aksesori tekstil dan garmen internasional Indonesia, telah mencapai edisi ke-20 dengan memberdayakan pemimpin industri dan pemain kunci untuk mengeksplorasi peluang bisnis baru.

Indo Intertex tidak hanya menjadi ajang untuk membentuk hubungan internasional, tetapi juga memamerkan produk, layanan, dan teknologi terbaru dalam industri tekstil dan garmen di bawah satu atap.

Dilaksanakan pada tanggal 20–23 Maret 2024, di Jakarta International Expo, Indo Intertex menjadi destinasi wajib bagi para pelaku industri tekstil dan garmen. Acara ini memberikan kesempatan bagi para pengusaha untuk memperluas wawasan dan meningkatkan bisnis ke level berikutnya.

Dalam perkembangan terkait teknologi printing di Indonesia, Ketua Umum Komunitas Printing Indonesia Usman Batubara membagikan pandangannya. Ia menjelaskan sejak tahun 1600, Indonesia sudah memiliki mesin cetak, dan bahkan pada tahun 1945, perusahaan percetakan sudah berkembang pesat.

BACA JUGA: Asosiasi Ungkap Tren Penggunaan Teknologi 3D Printing di Indonesia

“Pada tahun 1970-an, dengan kebutuhan akan banyak buku sekolah, Indonesia memiliki ratusan percetakan dengan berbagai jenis mesin cetak seperti mesin web, mesin offside, dan sablon atau screen printing,” kata Usman saat konferensi pers di Philip Kotler Theatre, MarkPlus Office, 88th Building, Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Namun, seiring masuknya era digital printing pada tahun 2000-an, terjadi perubahan signifikan. Jika sebelumnya mesin cetak konvensional bisa bertahan lebih dari 25 tahun, dengan digital printing, penggantian mesin menjadi lebih sering, bahkan setiap tahun.

Meskipun demikian, Usman menegaskan Indonesia tidak bisa menghindari kemajuan teknologi informasi. Menurutnya, orang yang bisa bertahan adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi.

Dalam konteks Indo Intertex, salah satu kegiatan terkait printing adalah sekolah sablon, yang mana banyak anak muda terlibat. Mereka belajar mencetak sendiri berbagai desain pada berbagai media, seperti topi, baju, dan jaket.

BACA JUGA: Ini Manfaat Teknologi 3D Printing di Tingkat Industri

“Sekitar 32 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) fokus pada bidang grafika, namun jumlah percetakan mandiri semakin berkurang. Oleh karena itu, acara ini akan mengundang beberapa SMK untuk belajar tentang teknik sablon yang baik dan penerapan digital printing yang modern,” ujar Usman.

Tren digital printing telah menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama di industri percetakan dan produksi.

Dengan teknologi yang makin maju, digital printing memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam mencetak berbagai jenis materi dan desain, mulai dari kertas hingga kain, dengan kualitas yang tinggi dan waktu produksi yang lebih cepat.

Hal ini membuat digital printing menjadi pilihan yang menarik bagi berbagai bisnis, termasuk industri tekstil, promosi, dan desain grafis, untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang dan beragam.

“Dalam beberapa tahun terakhir, tren digital printing menjadi alternatif usaha yang menarik bagi pemula dan pensiunan. Dibandingkan membuka usaha lain seperti kolam ikan, banyak yang memilih untuk berinvestasi dalam digital printing dengan modal sekitar Rp 200-500 juta,” tutur Usman.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related