Indonesia Darurat Regenerasi Petani Muda

marketeers article
10069183 paddy

Indonesia menghadapi masalah regenerasi petani akibat berkurangnya minat generasi muda di bidang pertanian. Saat ini, terdapat sekitar 61% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Untuk itu, melibatkan kaum muda di bidang pertanian menjadi prioritas jika Indonesia ingin mencapai ketahanan pangan nasional.

Dr. Bayu Krishnamurthi yang juga merupakan dosen Institut Pertanian Bogor, menjelaskan bahwa Indonesia akan mengalami periode bonus demografi, ketika jumlah orang produktif lebih tinggi daripada jumlah lansia dan anak-anak. Baginya hal tersebut adalah kesempatan mengenalkan pertanian bagi kalangan anak muda.

“Jika tidak pertanian akan mengalami kekurangan sumber daya manusia dan akan sulit bagi kita untuk mencapai ketahanan pangan nasional,” jelas Bayu.

Banyak yang meyakini bahwa generasi muda adalah kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Pertanian digital adalah salah satu alat pertanian modern yang dapat mengubah pertanian menjadi bisnis yang menarik.

Jens Hartmann selaku Head of Region APAC 1 Crop Science Division, Bayer mengatakan bahwa Digital Farming merupakan teknologi yang dapat memudahkan pengambilan keputusan secara praktis dan bermanfaat. Teknologi ini membuat manajemen risiko di pertanian menjadi lebih mudah dan membantu meningkatkan potensi keuntungan secara berkelanjutan.

Selain itu Digital Farming dapat membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat dalam mengaplikasikan produk perlindungan tanaman dan pemupukan, dan rekomendasi dapat dibuat khusus bagi masing-masing petani di lahan yang berbeda. Pertanian digital juga memungkinkan peningkatan hasil panen dengan meminimalkan dampak pertanian pada lingkungan hidup.

Jens mengingatkan bahwa pertanian adalah bisnis berisiko tinggi karena sulit diprediksi. Suatu hari mungkin petani menganggap tanaman tumbuh dengan baik namun bisa saja pada keesokan harinya terjadi hujan lebat yang merusak tanaman.

“Dengan teknologi, kita dapat menggunakan berbagai aplikasi untuk meminimalkan risiko yang ada. Ini memungkinkan kita untuk memprediksi kemungkinan hujan, serangan hama dan penyakit. Ini juga membantu memberi tahu kita kapan harus mengaplikasikan pupuk dan perlindungan tanaman. Teknologi ini penting untuk mengambil keputusan secara lebih tajam, cerdas, mudah, di mana pun dan kapan pun,” terang Jens.

Untuk meningkatkan ketertarikan generasi muda pada industri pertanian, Bayer telah melakukan program pelatihan untuk gara siswa SMK di Merauke. Berdasarkan data, Jens mengungkapkan bahwa 11% lulusan sekolah menengah kejuruan akhirnya menganggur. Bayer merancang program ini bagi siswa sekolah menengah kejuruan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar selaras dengan standar industri.

“Kita harus menyambut dan mendorong inisiatif dari sektor swasta di bawah KADIN untuk melibatkan generasi muda Indonesia melalui peningkatan keterampilan pertanian. Jika usaha ini terus berlanjut, Indonesia tidak hanya akan dapat mencapai potensi di bidang pertanian tetapi juga dapat mempertahankan ketahanan pangan di masa yang akan datang,” tutup Bayu.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related