Indonesia Marketing Outlook 2025 dan Bocoran Strategi Jitu dari Hermawan Kartajaya

marketeers article
Hermawan Kartajaya beberkan Indonesia Marketing Outlook 2025 (Foto: MCorp)

Dunia pemasaran diprediksi masih akan mengalami ketidakpastian pada tahun 2025 lantaran adanya berbagai perubahan yang memengaruhi pasar. Untuk bisa bertahan dalam kondisi tersebut, pemasar harus paham Indonesia Marketing Outlook 2025 dan bisa cepat beradaptasi dan menyesuaikan diri degan perubahan.

Kita tahu, pemasaran terus berkembang sejalan dengan perubahan teknologi dan perilaku konsumen. Menjelang tahun 2025, dunia industri dan pemasaran diprediksi masih akan mengalami ketidakpastian lantaran adanya berbagai macam hal, mulai dari perubahan teknologi yang begitu cepat, konflik geopolitik, hingga peperangan yang masih terjadi di beberapa negara.

Lalu bagaimana dengan masa depan dunia pemasaran yang akan terjadi pada tahun depan, apakah kondisinya semakin membaik dibandingkan dengan tahun ini atau justru sebaliknya?

Bapak Marketing Indonesia Hermawan Kartajaya yang juga Founder & Chair of MCorp mencoba memproyeksikan masa depan pemasaran yang akan terjadi pada tahun depan melalui hasil laporannya yang bertajuk Indonesia Market-ing Outlook 2025.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Operational Exellence Kunci Hadapi Ketidakpastian

Didorong Perubahan Teknologi

Dalam laporan Indonesia Marketing Outlook 2025, dunia pemasaran akan bergerak sangat dinamis mengikuti perubahan pasar yang terjadi. Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendorong utamanya pertama adalah perubahan teknologi.

Di tingkat global, kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau Generative AI menjadi perubahan teknologi baru yang dapat menciptakan produk digital baru. Ini bisa berupa bentuk teks, gambar, atau video.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya Bocorkan Dua Kunci Meningkatkan Daya Saing Bisnis

Salah satu produk Generative AI yang paling populer adalah ChatGPT, yang kini menjadi terminologi populer dan mengikuti jejak Google dan WhatsApp.

Kesuksesan ChatGPT telah menginspirasi berbagai perusahaan, -tidak hanya perusahaan teknologi- untuk menciptakan produk Generative AI mereka sendiri. Tidak pula seperti perubahan teknologi lainnya di mana sebuah negara atau beberapa perusahaan menciptakan dan memperkenalkan teknologi baru serta memanfaatkannya.

Fenomena Generative AI tidak hanya mendorong perusahaan yang berhadapan langsung dengan pelanggan seperti Google, Microsoft, Amazon, Meta, atau Apple, tetapi juga perusahaan backend seperti Cisco dan NVIDIA untuk menawarkan produk Generative AI mereka sendiri.

Perkembangan AI atau Generative AI akan semakin pesat dan memengaruhi pasar dengan adanya dukungan dari regulasi. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan kesadaraan penggunaan AI yang bertanggung jawab oleh perusahaan maupun pelanggan sehingga mendorong banyaknya penawaran produk dan layanan di berbagai sektor industri.

Perubahan Pasar Akibat Politik Global

Kemudian pendorong utama perubahan pasar berada pada ranah politik dan hukum. Misalnya, di Amerika Serikat (AS). Menangnya Donald Trump dalam pemilihan presiden telah diantisipasi seluruh dunia.

Sebelum pemilu AS, dunia menyaksikan ketidakpastian yang dipicu oleh perang di Eropa Timur dan Timur Tengah. Perang di Eropa Timur, yang dimulai pada Februari 2022 dapat memengaruhi rantai pasokan global untuk beberapa komoditas dan produk.

Sedangkan perang di Timur Tengah mengakibatkan penurunan penjualan yang signifikan bagi banyak perusahaan Barat yang dianggap terlibat dalam perang tersebut. Hal itu kemudian diperburuk dengan ancaman Donald Trump untuk memberlakukan tarif baru terhadap Cina, Kanada, dan Meksiko akan memperburuk gangguan pada rantai nilai global.

Kebijakan ini diperkirakan meningkatkan inflasi di AS, dan memperbesar antipati konsumen terhadap praktik-praktik tidak adil negara tersebut.

Sebagai contoh, orang-orang di Cina yang telah mulai menunjukkan simpati mereka secara terbuka untuk perjuangan Palestina, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa siswa yang lulus ujian universitas nasional di media sosial Cina, akan meninggalkan banyak merek AS di Cina.

Dengan kebijakan yang akan diambil Donald Trump, akan membuat dunia melihat kembali perang dagang antara Cina dan AS edisi kedua. Asal mula perang dagang ini adalah defisit perdagangan AS dengan Cina yang mencapai US$ 346 miliar pada tahun 2016.

Di dalam negeri, era baru pemerintahan Prabowo Subianto dimulai dengan memasang target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dua periode Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan pertumbuhen ekonomi 7%.

Pada kepemimpinan Presiden Prabowo, pertumbuhan ekonomi akan dikejar melalui ketahanan pangan dan energi. Kemudian diperkuat dengan inisiatif baru seperti pembangunan perumahan besar yang terjangkau di daerah dan perkotaan.

Dampak Perubahan Pasar

Perubahan teknologi, politik dan hukum, ekonomi, serta sosial budaya itu akan mendorong perubahan terakhir yaitu pasar. Perubahan yang didorong oleh teknologi dan budaya sosial dapat mencipatakan ketidakpastian bagi banyak peritel di seluruh dunia.

Ketidakpastian terutama akan sangat berdampak pada peritel yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Ketika mengadopsi teknologi dan budaya sosial yang baru, mereka juga harus mempertimbangkan potensi perubahan yang didorong oleh masalah politik-hukum di tempat yang jauh, seperti perang di Eropa Timur atau Timur Tengah.

Bahkan jika tidak ada dampak langsung terhadap rantai pasokan mereka, toko-toko yang tidak menunjukkan simpati terhadap korban perang akan ditinggalkan konsumen dengan memboikot produk mereka. Hal ini karena dianggap mendukung peperangan atau bagian dari negara yang terlibat perang.

Strategi Kuncinya adalah Operational Excellence

Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian, pemasar dituntut untuk bisa tetap kompetitif, efisien, dan tangguh untuk bisa mempertahankan bisnis. Hal ini dilakukan dengan menerapkan operational excellence atau keunggulan operasional sebagai kunci tetap tumbuh pada saat sulit.

Operational excellence diartikan sebagai pendekatan strategis untuk menjalankan proses bisnis secara optimal dengan efisiensi maksimum, kualitas tinggi, dan kemampuan adaptasi yang cepat.

Tujuannya adalah menciptakan operasional yang bebas dari pemborosan, meningkatkan produktivitas, dan memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan.

Dengan melakukan operational excellence, industri bisa membuat produk-produk yang terjangkau untuk kalangan kelas menengah dan bawah atau middle of the pyramid (MOP) serta bottom of the pyramid (BOP). Berdasarkan piramida ekonomi masyarakat, kedua kelas ini merupakan yang terbesar dan merupakan konsumen paling banyak.

Secara terperinci, middle of the pyramid dihuni oleh sebanyak 17,13% populasi di Indonesia. Mereka memilki pendapatan sebesar Rp 2 juta hingga Rp 10 juta per bulan.

Secara karakteristik konsumsi, kelas itu lebih banyak membelanjakan uangnya untuk keinginan dibandingkan kebutuhan dasar. Sementara itu, bottom of the pyramid merupakan mayoritas ekonomi masyarakat dengan penghasilan kurang dari Rp 2 juta.

Adapun jumlah dari bottom of the pyramid mencapai 82,49% dari populasi di Indonesia. Secara karakteristik konsumsi, kelas itu lebih banyak membelanjakan uangnya untuk kebutuhan dasar.

Agar produk-produk bisa terjangkau oleh kedua kelas itu, pemasar perlu memahami QCDS atau quality, cost, delivery, dan service. Artinya produknya harus berkualitas tapi harganya murah, kemudian pengirimannya tepat waktu, serta layanan yang diberikan berkualitas.

Adapun salah satu merek yang berhasil menggunakan konsep QCDS yakni BYD. Pabrikan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal Cina ini berhasil menjual 1,3 juta unit EV pada Agustus 2024.

Pertumbuhan penjualan sebesar 12% secara tahunan (year-on-year/yoy) itu merupakan torehan yang sangat baik lantaran kondisi ekonomi dunia tengah bergejolak. Bahkan, di Indonesia terjadi penurunan daya beli kelas menengah yang cukup signifikan pada saat itu.

Jika dilihat BYD harganya lebih murah dibandingkan merek-merek lain, tapi mereka bisa memberikan produk dengan teknologi yang tidak kalah, mengirimkan mobil baru sesuai janji, dan memberikan layanan yang baik. Strategi-strategi tersebut telah berkontribusi pada reputasi yang lebih baik. Bagaimana dengan strategi merek Anda?

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS