Menkominfo: Indonesia Jangan Mau Dicap Negara Blue Collar

marketeers article
43779170 asian worker in factory at metal skip machine putting work piece in

Kehadiran Xiaomi untuk berkomitmen merakit smartphone Redmi 4A di Indonesia di satu sisi menjadi kabar hangat. Setidaknya ambisi pemerintah untuk meng-Indonesia-kan smartphone luar berbasis 4G di pasar lokal terpenuhi. Namun masalahnya ambisi lewat program TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) tersebut jangan cuma sebatas produksi hardware semata. Kalau tidak Indonesia akan dicap sebagai negara blue collar.

“TKDN itu kan termasuk pengembangan software atau piranti lunak. Jadi saya harap brand tidak hanya cuma memenuhi persyaratan minimum 30% dengan produksi hardware saja di Indonesia. Harus piranti lunak juga. Alasannya nanti bukan hanya hardware saja yang mendukung sektor teknologi informasi, piranti lunak juga di mana keduanya akan membangun sebuah ekosistem,” ujar Menteri Komunikasi dan Telematika RI Rudiantara beberapa waktu lalu di Jakarta.

Pemenuhan syarat komponen lokal lewat program TKDN memang sudah beberapa kali disuarakan tidak hanya hardware. Piranti lunak juga termasuk. Kalau misal ternyata brand luar yang produksi di Indonesia hanya fokus di hardware, lima tahun lagi yang dipertimbangkan hanya soal harga fabrikasi.

Seperti misal berapa harga satu produksi smartphone di Indonesia. Menurut Rudiantara jika seperti itu nanti Indonesia hanya akan dibanding-bandingkan soal harga dengan negara lain. Jika bicara soal biaya produksi, ujung-ujungnya biaya pekerja atau buruh yang akan ditekan. Isu itu bisa dimainkan para pemain global. Indonesia pun kemudian dicap sebagai negara blue collar.

“Indonesia hanya akan dibandingkan dengan Kamboja atau Filipina misalnya. Jadilah negara blue collar. Makanya investasi harus melihat fleksibilitas juga. Tidak hanya manufaktur tapi software juga. Lihatlah dengan mata lebih besar, bigger picture. Smartphone tidak akan ada tanpa aplikasi, piranti lunak. Nah, untuk melengkapi ekosistem industri telekomunikasi dan teknologi, ada jaringan. Jangan datang ke pemerintah lalu minta insentif untuk produksi di Indonesia,” sambung Rudiantara.

Insentif Sebenarnya

Dengan turut membangun tiga komponen ekosistem itu, pemain global akan mendapatkan insentif sebenarnya di masa depan. Saat ini pemerintah sedang berusaha untuk mengefisiensikan jaringan telekomunikasi. Dengan semakin efisien, harga per Megabyte data untuk internet akan kian murah.

Di satu sisi dengan pemain global masuk ke Indonesia, produk smartphone dengan jaringan 4G sudah seharusnya semakin terjangkau. Jangkauan masyarakat untuk menikmati 4G akan lebih banyak lagi dan akan mendorong hadirnya berbagai aplikasi untuk dinikmati. Dari situ terlihat utilisasinya akan lebih banyak lagi ketika tiga roda komponen berjalan sehingga momentumnya tepat untuk membangun sektor teknologi dan telekomunikasi.

“Di situ insentifnya, internet murah, perangkat terjangkau, aplikasi banyak sehingga pasarnya membesar,” ungkap Rudiantara lagi.

Ia mengungkapkan bahwa pasar smartphone sangat potensial. Tahun ini saja diperkirakan penjualan smartphone akan menembus angka 35 juta. Selain berusaha mendorong komponen jaringan, kebijakan untuk mempercepat roda industri ini juga terus dibuat.

Salah satunya soal sertifikasi. Rudiantara meyakinkan para pemain smartphone global tidak perlu berlama-lama mendapatkan sertifikasi untuk memasarkan produk mereka di Indonesia. Proses itu kini coba dipercepat.

“Pemain global tinggal datang bawa barang baru. Kami akan lakukan sampling setelah dijual ke pasar. Nah, nanti kami yang akan cek sampling produk ke pasaran, yang datang ke kami itu sesuai dengan pasar tidak. Jika ternyata sama dan cocok, lanjut jual. Jika tidak kami akan cabut izinnya,” ujar pria berkacamata tersebut.

Sementara untuk pemain lokal, tidak perlu datang ke Kominfo karena tim dari Kominfo yang akan mendatangi ke tempat manufaktur. Jadi menurut Rudiantara tidak perlu waktu lama yang dulu bisa satu sampai dua bulan. Tujuannya masyarakat dapat benefit karena proses dipercepat, seharusnya produk bisa dijual dengan harga optimal dan terjangkau.

“Harus efisien dari proses tersebut, bukan dari menekan harga tenaga kerja. Pokoknya jangan sampai Indonesia jadi negara blue collar,” tutupnya.

    Related