Industri FMCG Bakal Menggeliat Selama Ramadan

marketeers article
moving fast in a supermarket with lots of televisions

Industri fast moving consumer goods (FMCG) diperkirakan kembali mengalami pertumbuhan pada bulan Ramadan dan perayaan Idul Fitri. Masa ini menjadi momentum pebjualan bagi produsen dan peritel FMCG di negara-negara mayoritas muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, Kerajaan Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Menurut data NielsenIQ, penjualan FMCG biasanya melonjak hingga 30% di Indonesia, 15% di Malaysia, 20% di Turki, 11% di KSA dan 6% di UEA selama Ramadan dibandingkan dengan minggu-minggu penjualan normal.

Didem Sekerel Erdogan, Senior Vice President, Intelligent Analytics, Asia Pasifik dan Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika (APAC & EEMEA), NielsenIQ, mengatakan, pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan kategori makanan dan minuman, seiring dengan kegiatan selama Ramadan.

“Meskipun beberapa pembatasan masih diberlakukan, kami optimistis penjualan FMCG tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal ini dipengaruhi oleh gelombang pertama pandemi pada Maret dan mengakibatkan penimbunan dan pembelian yang bersifat darurat sebelum masa hari raya,” ujar Erdogan.

Tahun ini, pemulihan penjualan FMCG pada hari raya akan didorong oleh adanya pembatasan yang lebih longgar, optimisme seputar ketersediaan vaksin, dan berakhirnya perilaku panic buying.

Ramadhan dan Idul Fitri ditandai dengan berkumpulnya keluarga dan masyarakat untuk sholat dan berbuka puasa bersama. Makanan berbuka puasa bisa mendorong penjualan kategori makanan dan minuman utama.

Meskipun musim ini tidak akan ditandai dengan pembatasan yang ketat seperti tahun lalu, konsumen yang sadar kesehatan akan lebih memilih untuk makan di rumah. Ini menyebabkan peningkatan kebutuhan masakan di rumah dan layanan pengiriman makanan. “Mengingat konsumsi makanan akan berpusat di sekitar rumah dan skalanya lebih kecil, produsen dan peritel harus menyesuaikan variasi dan ukuran kemasan mereka ke pasar,” kata Erdogan.

Erdogan mengatakan, promosi selama masa ini bisa berbeda-beda di setiap negara. Menurutnya, tidak ada formula ajaib yang cocok untuk semua situasi. Potongan harga, misalnya, tidak selalu merupakan mekanisme promo terbaik yang ditanggapi oleh pembeli.

“Sangat penting bagi peritel dan produsen untuk memahami promosi yang paling cocok untuk pembeli,” katanya.

Orang Indonesia memiliki tradisi mudik. Setiap tahun, rata-rata ada 25 juta orang mudik untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kerabatnya. Karena pemerintah melarang tradisi tersebut, maka berpotensi membatasi peluang konsumsi luar rumah selama dalam perjalanan mudik, seperti makanan ringan, permen, biskuit, kategori RTD (minuman siap minum). Namun di sisi lain, konsumsi rumahan akan meningkat karena konsumen akan membelanjakan uang lebih banyak untuk kategori makanan selama seminggu sebelum dan sesudah Ramadhan.

Kategori produk Ramadan teratas, seperti biskuit, minuman non-alkohol, makanan ringan, minyak goreng, susu cair, makanan beku, dan perawatan kulit akan mengalami peningkatan penjualan sekitar 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Pemilik merek dapat menawarkan paket barang dengan harga terjangkau, dilengkapi dengan jasa pengiriman dan penjemputan.

Adrie R. Suhadi, Site Leader, NielsenIQ Indonesia mengatakan pada tahun 2020, akibat dampak COVID-19, kinerja penjualan Ramadan turun 6%. Ia optimistis pertumbuhan penjualan hari raya pada tahun 2021 akan lebih baik dan lebih tinggi dari tahun 2020. Alasannya, masih ada pembatasan untuk mal, restoran, dan kedai kopi.

“Pembatasan untuk bersosialisasi dan berkumpul akan berdampak pada kategori perawatan pribadi,” katanya.

Karena pandemi telah memengaruhi isi dompet dan daya beli konsumen Indonesia, pembeli akan tertarik pada ukuran kemasan yang lebih besar dan lebih bernilai. Pembeli juga akan sering mengunjungi toko format kecil yang lebih dekat dengan rumah. Artinya, produsen dan peritel harus memastikan bahwa toko-toko ini memiliki persediaan produk-produk kebutuhan selama Ramadan.

Related