Industri Makanan Nabati Diprediksi Jadi Tren di Indonesia

marketeers article

Industri makanan nabari diprediksi akan meningkat secara global. Tren ini juga terlihat di Indonesia. Laporan badan intelijen Mintel mengungkapkan, 39% penduduk Indonesia mengonsumsi lebih banyak sumber protein non-hewani pada 2017. Bahkan, 24% penduduk Indonesia menjalani pola makan nabari (diet vegetarian).

Tren ini berangkat dari perubahan gaya hidup masyarakat global. Terlebih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus menyuarakan bahaya daging merah sebagai salah satu penyebab kanker. Di sisi lain, sejumlah penelitian menemukan, konsumsi makanan nabati dapat membantu mengurangi dampak buruk terhadap perubahan iklim dan memberikan berbagai manfaat kesehatan.

Seiring dengan perkembangan kategori makanan bebas daging, merek penyedia makanan pengganti daging lain pun tengah menjalani proses pengawasan ketat dari pihak regulator di seluruh dunia. Terutama, dalam penggunaan GMO dan bahan baku yang dapat menyebabkan kanker.

Tak mau kehilangan peluang, Quorn sebagai salah satu pemain di industri nabati turut mengikuti perkembangan yang ada.

“Melengkapi tempe dan tahu sebagai pilihan makanan protein bebas daging yang paling umum di Indonesia, Quorn dengan bangga menawarkan protein pengganti daging yang lezat dan inovatif, mikroprotein yang terkandung pada produk-produk Quorn bebas GMO dan menjadi satu-satunya produk makanan protein bebas daging dengan manfaat kesehatan yang telah terbukti secara ilmiah,” Andy Kusumo, Director of Science and Technology Quorn di Bali, Senin (05/08/2019).

Bicara soal outlook industri makanan nabati di Indonesia, Andy nampak optimistis. Ia meyakini mikroprotein dapat menjadi alternatif pilihan protein bernutrisi ramah lingkungan yang tepat untuk membantu kelanjutan pertumbuhan industri pangan di tengah populasi Indonesia yang terus meningkat.

“Di Indonesia, beberapa masalah nutrisi disebabkan oleh rendahnya asupan protein. Oleh karena itu, sumber makanan tinggi protein seperti mikroprotein sangat tepat untuk mengisi kekurangan tersebut,” jelas Andy.

Editor: Sigit Kurniawan

Related