Industri Otomotif Jepang Akan Lakukan Relokasi Pabrik ke Asia Tenggara

marketeers article
Kazan, Russia October 19, 2017: Car in showroom of dealership Nissan in Kazan city. View from the top

Seharusnya tahun ini menjadi tahun keemasan bagi Jepang dengan diselenggarakannya Olimpiade Tokyo 2020. Namun, pandemi COVID-19 membuat olimpiade harus dibatalkan dan pemerintah Jepang tengah bersiap menghadapi resesi ekonomi.

“Adanya pandemi pun membuat kami bersiap dengan berbagai kemungkinan. Saat ini GDP di Jepang telah mengerucut. Berbagai sektor ekonomi pun mulai terlihat dampaknya. Banyak aktivitas ekonomi lainnya juga lumpuh,” ujar Tri Purnajaya, Deputy Chief of Mission Embassy of Republic of Indonesia in Tokyo, dalam acara Indsutry Roundtable: Surviving The COVID-19, Preparing The Post sektor otomotif, Jumat (15/05/2020).

Meski siap mengalami resesi ekonomi di tahun 2020, industri otomotif di Jepang tetap memiliki komitmen untuk melakukan ekspansi. Toyota misalnya, siap menggelontorkan biaya hingga US$ 1,9 miliar atau setara Rp 2,8 triliun untuk rencana ekspansi tahun 2021.

Di sisi lain, selama masa pandemi COVID-19 terdapat permintaan dari Vietnam terhadap produk otomotif yang dirakit maupun diproduksi di Indonesia. “Terdapat tren perrmintaan untuk produk mobil dengan CC kecil, tapi ada juga permintaan untuk merek Toyota Agya, Toyota Alvanza, Mitsubishi Xpander, dan Suzuki Ertiga,” jelas Tri.

Selama masa pandemi pula, Tri menjelaskan, bahwa beberapa perusahaan otomotif Jepang melakukan diversifikasi. Salah satunya adalah Toyota yang melakukan diversifikasi dengan membuat masker dan spare parts untuk pembuatan ventilator.

“Beberapa perusahaan telah mulai melakukan rethink, refocus, dan reengage. Terdapat kemungkinan adanya relokasi industri dari Cina ke Asia Tenggara maupun ke Jepang. Saya berharap sebagian relokasi tersebut juga akan jatuh ke Indonesia,” ujar Tri.

Pemerintah Jepang bahkan berencana untuk memberikan insentif atau stimulus ekonomi bagi perusahaan yang akan melakukan relokasi industri mereka ke dalam negeri maupun Asia Tenggara. Adapun besaran insentifnya, yaitu ¥ 2 miliar bagi perusahaan yang akan mengalihkan produksi kembali ke Jepang, serta ¥ 23 miliar untuk perusahaan yang memindahkan produksi ke Asia Tenggara.

“Adanya rencana relokasi ini merupakan kesempatan yang baik untuk Indonesia. Jepang merupakan mitra strategis bagi Indonesia. Saya pun berharap Indonesia dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas insentif fiskal maupun nonfiskal agar kerja sama antar dua negara dapat terjadi,” tutup Tri.

Editor: Eko Adiwaluyo

Related