Industri Penerbangan Tumbuh, Jumlah Penumpang Diprediksi 140 Juta

marketeers article
Penumpang maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Sumber gambar: 123rf

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan jumlah penumpang pesawat di Tanah Air bisa mencapai 140 juta orang per tahun. Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai pasar industri penerbangan terbesar ke enam.

Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian mengungkapkan industri penerbangan dan dirgantara Indonesia memiliki prospek yang cerah dengan didukung kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 17.000 pulau membentang lebih dari lima ribu kilometer dari timur ke barat. Dengan demikian transportasi udara akan menjadi tulang punggung transportasi dan konektivitas nasional, serta penggerak utama perekonomian Indonesia.

“Jumlah penumpang udara di Indonesia diperkirakan akan tumbuh 30% dari tahun ke tahun menjadi 140 juta dalam beberapa tahun ke depan, sehingga Indonesia diperkirakan menjadi pasar transportasi udara terbesar keenam di dunia pada tahun 2034,” kata Agus melalui keterangannya, Selasa (13/9/2022).

Menurut dia, industri penerbangan nasional terdiri dari industri pembuatan pesawat dan komponen, industri Maintenance Repair and Overhaul (MRO) dan industri pembuatan drone. Indonesia memiliki sekitar 31 perusahaan MRO yang mendukung industri pesawat terbang dan bisnis penerbangan.

Agus mengklaim perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki 145 sertifikat Aircraft Maintenance Organization (AMO) yang dikeluarkan oleh Indonesian Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA). 

“Nilai MRO domestik pada 2022 diproyeksikan mencapai US$ 1,7 miliar, sedangkan nilai bisnis MRO global mencapai US$ 93,5 miliar. Persaingan bisnis MRO global ke depan semakin ketat. Oleh karena itu, kami mendorong MRO dalam negeri untuk berkolaborasi dengan mitra asing untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya,” ujarnya.

Dia mengatakan sejalan dengan transformasi digital di berbagai aspek perekonomian, pemerintah bersama Asosiasi Sistem dan Teknologi Tanpa Awak (ASTTA) tengah mendukung pengembangan industri drone. Industri drone dalam negeri saat ini mampu mengembangkan dan memproduksi drone untuk berbagai keperluan seperti pengawasan, perkebunan, dan militer.

“Penguasaan teknologi ini menjadi keharusan untuk menjaga kedaulatan negara dan mendukung visi pemerintah di Indonesia 4.0,” ujarnya.

Agus menyebut industri penerbangan Tanah Air secara perlahan telah mampu mengaktifkan kembali pesawat yang sebelumnya grounded, akibat operasionalnya sempat terhenti karena terimbas pandemi COVID-19. Namun, upaya tersebut tidak bisa berlangsung secara instan, sehingga menyulitkan operator Indonesia untuk menambah kapasitasnya di saat permintaan pelayanan rute penerbangan terus naik setelah Covid-19 mereda dan penerbangan kembali banyak dibuka.

Hingga saat ini, ada sekitar 180 pesawat yang di-grounded, 100 di antaranya merupakan berbadan ramping yang biasanya digunakan untuk rute domestik. 

“Diperlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan proses ini karena proses reaktivasi setiap pesawat membutuhkan waktu, serta terbatasnya jumlah slot yang tersedia di fasilitas perawatan pesawat. Selain itu, maskapai juga membutuhkan waktu untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar biaya suku cadang dan perawatan yang diperlukan untuk reaktivasi pesawat,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related