Industri Perbankan Masih Cukup Prospektif pada Tahun 2023

marketeers article
Ilustrasi Industri Perbankan. (Dok. Marketeers)

Industri perbankan memiliki fundamental yang cukup kuat. Di tengah ancaman resesi ekonomi global, industri perbankan diperkirakan masih cukup prospektif pada tahun 2023

Sebab, ancaman ini tidak secara langsung berdampak pada industri ini. Namun demikian, pertumbuhan industri perbankan mungkin tidak sebaik tahun 2022. 

Chandra Bagus Sulistyo, Praktisi Perbankan BUMN dan Pemerhati Ekonomi, Sosial dan Digital Ekosistem memperkirakan industri perbankan masih bisa bertumbuh. Apalagi, industri ini cukup kuat dan memiliki fundamental yang terbilang bagus. 

Meski begitu, mitigasi risiko harus benar-benar dijalankan dengan seksama.

“Harapannya, tahun depan tetap bisa tumbuh. Terbukti, pada tahun 2021, ketika industri lain mengalami kontraksi, bahkan negatif pertumbuhannya, tetapi industri perbankan masih tumbuh cukup kuat. Namun, perlu memperhatikan bagaimana permintaan likuiditas dolar. Lalu, transaksi yang harus diberikan kepada korporasi besar terkait valas juga perlu diperhatikan,” ujar Chandra dikutip dari Majalah Marketeers edisi November 2022.

la memperkirakan pertumbuhan kredit tahun depan berada di kisaran 7% -10%. Menurutnya, kenaikan tingkat suku bunga yang dilakukan The Fed berdampak pada Bank Indonesia (BI). 

Otoritas moneter diketahui telah menaikkan suku bunga acuan pada bulan Agustus dan September 2022.

BACA JUGA: Bahlil Lahadalia: Perbankan Belum Hadir untuk UKM

Bahkan, kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada 22 September mencapai 50 basis poin (bps) dari 3,75% menjadi 4,25%. Bila terus berlanjut, kondisi tersebut bisa membuat masyarakat enggan membutuhkan dana atau mengajukan pinjaman.

Namun begitu, menurut Chandra, kenaikan 50 bps ini dinilai masih aman. Akan tetapi, harus terus memperhatikan The Fed yang telah menaikkan beberapa kali tingkat bunga pada kisaran yang tinggi. 

Sebab, hal itu dapat menjadi ancaman apabila industri perbankan tidak melakukan proses penyesuaian.

“Di sisi lain, saat ini beberapa industri mulai tumbuh. Mau tidak mau, mereka perlu permodalan dari perbankan. Ini merupakan indikasi prospektif untuk mengangkat perekonomian di tahun 2023, di tengah ancaman resesi ekonomi global,” tutur Chandra.

Sementara itu, industri perbankan syariah diperkirakan tumbuh di kisaran 7%-10% pada tahun 2023. Memang, angkanya akan turun dibandingkan tahun 2022, sama seperti perbankan konvensional lantaran efek domino dari ancaman resesi ekonomi global.

BACA JUGA: Perbankan Diminta Bantu UKM Akses Layanan Finansial

“Intinya, agar bisa tumbuh industri perbankan harus fokus ke sektor-sektor yang masih pada tren positif yang mana sektor tersebut bersifat konsumsi atau berdekatan dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, industri perbankan juga harus fokus ke usaha mikro, kecil dan menengah (UKM),” ujar Chandra.

Sebab itu, Chandra memperkirakan bisnis-bisnis yang akan mendominasi pertumbuhan kredit, antara lain sektor perdagangan, makanan minuman, kesehatan, jasa, dan terutama transportasi. Menariknya, sektor pariwisata lokal juga diperkirakan naik pada tahun 2023 seiring makin menurunnya pandemi COVID-19.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related