Industri Transportasi dan Pergudangan Diprediksi Tumbuh 12,53% pada 2025

marketeers article
Ilustrasi kendaraan komersial. (FOTO: EMLI)

Supply Chain Indonesia (SCI) memproyeksikan sektor transportasi dan pergudangan pada tahun 2025 berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 1.623,65 triliun.

Jumlah tersebut naik 12,53% dibandingkan dengan tahun 2024. Setijadi, Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Supply Chain Indonesia menjelaskan berdasarkan analisis terhadap data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor transportasi dan pergudangan terus tumbuh di atas rata-rata tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Sektor ini tumbuh sebesar 19,87% pada 2022, kemudian sebesar 13,96% pada 2023, dan diproyeksikan sekitar 9,52% pada 2024.

BACA JUGA: Bidik Sektor Pariwisata dan Transportasi Ramah Lingkungan, Vietjet Gandeng Xanh SM

Sementara itu, PDB Indonesia tumbuh sebesar 5,31% pada 2022 dan sebesar 5,05% untuk tahun 2023. Walaupun subsektor transportasi itu mencakup transportasi barang dan penumpang, namun pertumbuhan sektor itu dapat menggambarkan kinerja sektor logistik yang memang tumbuh secara signifikan dan konsisten pada periode 2022-2024.

“Kami memproyeksikan pada tahun 2025 subsektor transportasi akan berkontribusi sebesar Rp 1.276,66 triliun atau tumbuh 11,09% dan subsektor pergudangan akan berkontribusi sebesar Rp 346,99 triliun atau tumbuh sebesar 18,26%,” kata Setijadi melalui keterangan resmi, Rabu (8/1/2025).

BACA JUGA: Gandeng Honeywell, Vietjet Wujudkan Penerbangan Ramah Lingkungan

Pertumbuhan transportasi barang dan pergudangan pada tahun 2025 didorong terutama oleh industri pengolahan, perdagangan, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pada industri pengolahan nonmigas, potensi logistik tahun 2025 akan didominasi industri makanan dan minuman, diikuti industri kimia dan farmasi, industri barang logam dan elektronik, industri alat angkutan, industri logam dasar, serta industri tekstil dan pakaian jadi.

Setijadi menjelaskan perkembangan sektor logistik Indonesia juga dipengaruhi situasi dunia, terutama perang dagang Amerika Serikat (AS)-Cina, serta konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah, yang berdampak terhadap ketidakpastian dan dinamika rantai pasok global.

SCI menyampaikan beberapa rekomendasi utama perbaikan dan pengembangan logistik nasional bagi para pemangku kepentingan. Pertama, penuntasan dan penerbitan revisi Peraturan Presiden (Perpres) 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, pembentukan UU logistik, dan pembentukan lembaga permanen bidang logistik.

Kedua, peningkatan konektivitas logistik secara end-to-end sebagai kelanjutan pembangunan infrastruktur secara masif pada dua periode pemerintahan sebelumnya. Ketiga, penguatan rantai pasok komoditas nasional dengan pengembangan komoditas-komoditas potensial domestik di berbagai wilayah.

Keempat, pelanjutan program hilirisasi, tidak hanya untuk komoditas pertambangan, namun juga komoditas pertanian, perkebunan hingga perikanan. Kelima, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), proses, dan teknologi, serta jaringan kerja dan kolaborasi perusahaan-perusahaan penyedia jasa logistik.

“Beberapa upaya itu akan berdampak terhadap peningkatan efisiensi logistik yang penting untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Setijadi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS