Ingin Bangun Startup Besar? Pastikan Nilai Pasarnya Miliaran

marketeers article

Membuat sebuah usaha tanpa ada pasar rasanya percuma. Setidaknya ada atau tidaknya sebuah pasar yang disasar ketika hendak membuat startup dapat dilihat eksistensi pemain lain di sektor tersebut. Itulah fungsi dari kompetitor, menunjukan bahwa sebuah bisnis memiliki pasar. Pasalnya, pasar adalah salah satu faktor yang akan membuat bisnis bertahan jangka panjang alias sustainable.

“Ketika masuk sebuah lahan bisnis, ada kompetitor itu suatu pertanda bahwa pasarnya ada. Harus ada dulu pasarnya baru bisnis bisa sustainable,” kata CEO dan Founder Jojonomic Indrasto Budisantoso dalam ajang Roadshow TheNextDev 2016 di kampus IPB Bogor, hari ini (4/8/2016).

Indrasto yang mendirikan startup-nya itu tahun lalu memang berangkat dari pengalamannya ketika menjadi seorang konsultan. Kesulitan yang ia rasakan ketika melakukan proses reimbursement dan cash advance kemudian dituangkan dalam sebuah ide untuk membereskan masalah itu dengan cara singkat. Kebetulan di Indonesia belum ada aplikasi untuk itu, bahkan di Asia Tenggara. Maka hadirlah Jojonomic yang memiliki tujuan membuat proses reimbursement jauh lebih ringkas secara digital.

Aplikasi milik Indrasto cukup berkembang. Sampai saat ini sudah memiliki jumlah pegawai sampai 20 orang. Ia mengakui cukup banyak investor tertarik walau tidak menyebut berapa potensi angka bisa diinvestasikan. Indrasto kemudian membagikan beberapa resep agar bagaimana seorang investor tertarik kepada sebuah startup.

“Pastikan pasarnya itu bernilai miliaran dolar AS. Karena kalau mau menjadi perusahaan bernilai segitu, nilai pasarnya pun harus sebesar itu. Mereka itu kan menanamkan uang di banyak startup dan mereka sudah tahu akan banyak yang gagal. Tapi pastinya ada sedikit akan menghasilkan banyak untuk menutup kegagalan tadi,” sambung Indrasto.

Hal yang disampaikan oleh Indrasto itu memang tengah hangat bahkan booming. Ia mengatakan Indonesia saat ini mengalami hal serupa AS di tahun 2000-an ketika industri digital mulai menggeliat. Potensi pasarnya pun besar. Pengguna internet di Indonesia rata-rata mengenal dunia maya dari perangkat mobile. Dari situ terlihat pertumbuhannya tercepat kedua di dunia, hanya kalah dari Iran. Akibatnya jumlah pengguna internet di Indonesia terbesar ketiga di dunia.

Startup pun bertebaran dan anak muda berlomba-lomba membuat perusahaan berbasis digital agar bisa digunakan oleh masyarakat lewat smartphone. Seperti halnya di kota-kota lain, ajang TheNextDev 2016 ini kembali mencari bibit muda yang bisa disemai di masa mendatang lewat ide-ide segarnya.

“Setelah roadshow ketujuh di Bogor ini memang sangat banyak ide mirip dari satu ke yang lain. Tapi, itu juga berdasarkan permasalahan yang dihadapi para calon pengusaha muda ini sehari-hari. Yang penting bagaimana startup mereka menghasilkan aplikasi berbasis solusi. Tidak hanya di kota, sesuai dengan tema rural tahun ini harus juga bisa digunakan dan bermanfaat bagi daerah seperti desa,” ujar Youth & Community Manager Telkomsel Jabodetabek Andry Santoso.

Tidak hanya seminar, seperti biasa roadshow TheNextDev 2016 kali ini memberikan kesempatan kepada 10 startup digital terpilih untuk mempresentasikan ide mereka. Yang terbaik akan punya kesempatan lebih untuk menjadi finalis regional berjumlah 20 startup dari seluruh daerah Indonesia. Best of the best pun jatuh kepada startup bernana unik CauGedang, yang dalam Bahasa Sunda artinya pisang pepaya.

Berbasis internet of things, CauGedang memukau juri roadshow TheNextDev 2016 dengan menawarkan paket hardware pengontrol pertanian yang bisa dikustomisasi lewat sebuah software dalam perangkat mobile. Hal ini sedikti banyak mengingatkan pada startup eFishery yang memiliki konsep serupa namun bisnisnya di bidang perikanan.

Tiga favorit pilihan juri lainnya adalah startup bernama Areus Studio, Botcats, dan Rosok. Setelah Bogor, Kota Bandung akan menjadi persinggahan selanjutnya roadshow TheNextDev 2016 tepatnya di Universitas Maranatha.

Editor: Eko Adiwaluyo

Related