Ingin Jadi Lumbung Pangan Dunia? Sumsel Perlu Benahi Hal Ini

marketeers article
Farmer holding a tablet smart arm robot work agricultural machinery technology

Menetapkan visi untuk menjadi lumbung pangan dan energi, Sumatera Selatan (Sumsel) nyatanya masih harus berbenah diri. Ada sejumlah pekerjaan rumah yang perlu diatasi, mulai dari menciptakan iklim investasi yang kondusif, mengatasi persoalan marketing, mencetak para petani milenial, hingga merevolusi industri.

Dalam gelaran Government Rountable Series COVID-19: NEW, NEXT, POST edisi ke-14 yang digelar oleh MarkPlus Inc., secara virtual, Founder sekaligus Chairman MarkPlus., Inc, Hermawan Kartajaya mengatakan, Sumsel perlu membangun visi jangka panjang hingga 2030. Hal ini guna menbangun sikap optimistis-realistis dari masyarakat Sumsel.

“Saya melihat, lumbung pangan ini memang sangat diperlukan karena ada ramalan yang cukup mencemaskan mengatakan jika dunia ini akan mengalami kekurangan pangan jika COVID-19 terus berkepanjangan. Orang boleh optimistis, tapi tidak tahu kapan COVID-19 akan berakhir. Kemampuan marketing and entrepreneurship pun harus digabungkan,” kata Hermawan di Jakarta, Kamis (30/07/2020).

Senada dengan Hermawan, Kepala Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo juga mengatakan marketing menjadi hal yang sangat penting. Persoalan input, production, processing and distribution yang mumpuni tetap tidak akan berjalan maksimal tanpa diimbangi dengan kemampuan marketing yang baik.

Persoalan marketing bukan hanya diperlukan ketika memasarkan produk hasil pangan atau pun energi asal Sumsel. Kemampuan memarketingkan Sumsel sebagai lumbung pangan dan energi kepada para investor pun tak kalah penting.

Tentu, hal ini harus didukung oleh kebijakan-kebijakan pusat dan daerah yang bersahabat. “Saya yakin, para Bupati di wilayah Sumsel sudah memiliki grand design untuk mengundang investor masuk. Tetapi, kita perlu bersama-sama mensinkronisasi program ini, termasuk ketika bicara soal regulasi. Bagaimana regulasi pusat dan daerah bisa sejalan, proses perizinan yang mudah, dan insentif menarik bagi para investor,” imbuh Hari.

Selain itu, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) juga perlu diperhatikan. Diperlukan upaya membangun minat generasi muda, seperti generasi Milenial dan Z untuk menekuni bidang pangan dan energi.

Tentu, hal ini dengan melakukan revolusi industri yang berbasis pada teknologi. Sebut saja, smart farming yang belakangan menjadi tren di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Related