Ini 3 Kekhawatiran Utama Pemimpin Bisnis di Negara Anggota G20

marketeers article
Para pemimpin bisnis di negara-negara G20 memiliki kekhawatiran mengenai risiko saat menjalankan bisnis. | Foto: 123RF

World Economic Forum bekerja sama dengan Zurich Insurance Group, Marsh McLennan, dan SK Group meluncurkan riset bertajuk The Global Risks Report 2022. Berdasarkan survei yang mereka lakukan dapat disimpulkan bahwa ada sejumlah kekhawatiran utama dari para pemimpin bisnis di negara-negara anggota G20. 

Tiga ancaman yang membuat mereka cemas adalah dampak inflasi yang cepat, krisis utang, dan biaya hidup. Hasil ini didapatkan dari Executive Opinion Survey yang dilakukan antara April-Agustus 2022 terhadap lebih dari 12.000 pemimpin dari 122 negara.

Menariknya, survei pada tahun lalu memiliki hasil yang serupa, khususnya dari para pemimpin bisnis di Indonesia. Mereka masih mengidentifikasi krisis utang sebagai ancaman pertama yang dirasakan pada tahun 2022.

Kendati demikian, Wayan Pariama, Chief Risk Officer Zurich Indonesia mengungkapkan hasil survei tahun ini cukup berbeda dibandingkan tahun lalu jika dilihat dari ketimpangan digital. Pasalnya, kategori digital tidak muncul sebagai kategori teratas.

“Kemunculan kategori digital bukan hal yang mengejutkan. Karena, Indonesia sekarang berada pada tahap percepatan pembangunan infrastruktur digital untuk mendukung transformasi digital,” ujar Wayan.

Ia menambahkan Zurich pun berusaha untuk memainkan peran besar untuk melindungi masyarakat dan bisnis mereka dari risiko di tengah era ini. Perusahaan berupaya meningkatkan ketahanan mereka.

Temuan menarik lainnya didapatkan dari survei ini. Pasalnya, selain risiko ekonomi, para pebisnis Indonesia nyatanya juga mengkhawatirkan konflik antarnegara, risiko terkait geopolitik, dan ketimpangan layanan digital. Semua itu termasuk dalam lima risiko yang mereka cemaskan.

Sementara itu, di negara-negara G20 lainnya, risiko terkait geopolitik, konflik antarnegara, dan ketimpangan digital dianggap sebagai risiko utama hanya bagi segelintir negara.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related