Ini Upaya Ubah Konotasi Negatif Diaspora

marketeers article

Congress of Indonesian Diaspora bertajuk Global Summit digelar di Jakarta, Senin (21/08/2017). Kongres yang dihadiri Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla ini menjadi bukti nyata upaya mengubah konotasi negatif diaspora yang selama ini melekat di publik.

Kata diaspora kerap dikonotasikan negatif, setidaknya ini yang diungkapkan Ketua Penyelenggara Global Summit, Herry Utomo. Menurutnya, kongres diaspora ini bertujuan mengkomunikasikan kontribusi nyata yang dilakukan para Diaspora Indonesia kepada publik.

Kongres ini membahas tiga plenary utama program Diaspora yang tengah berjalan. Herry menjelaskan, program-program tersebut terdiri dari terobosan pendidikan dan telemedicine di Papua dan Papua Barat, Energy Initative untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, dan advokasi perlindungan Diaspora di seluruh dunia.

Program-program ini diyakini Herry sebagai bentuk kolaborasi nyata antara pemerintah dengan Diaspora. “Kolaborasi ini semakin terasa urgensinya. Kami ingin mengubah persepsi masyarakat yang berpikir bahwa kami melarikan diri dari kewajiban membangun negeri,” kata Herry.

Pada hari kedua, Herry menambahkan kongres ini akan membahas 120 topik bahasan yang terbagi ke dalam 32 sesi diskusi marathon oleh 110 pembicara ahli pada bidangnya. Beberapa topik yang dibahas meliputi sains, bisnis, keuangan, investasi, kerukunan beragama, sister-city, program Papua, dwi-kewarganegaraan, perlindungan TKI, dan lain-lain.

Beberapa tokoh seperti Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri PPN/BAPPENAS Bambang Brodjonegoro, Kepala BKPM Thomas Lembong, Gubernur BI Agus Martowardojo, Edward Wanandi, Herry Utomo, Nicke Widyawati, Merten Foerster, dan Harry Nugraha akan hadir dalam gelaran kongres ini.

Herry optimistis, kongres ini dapat menjadi ajang komunikasi yang dapat mengubah konotasi negatif Diaspora di mata publik. “Kami ingin memperlihatkan bahwa hanya raga kami yang berada di luar, hati kami masih dan akan selalu ada di Indonesia,” kata Herry.

Editor: Sigit Kurniawan

Related