Inisiatif Selandia Baru untuk Dukung Indonesia Mewujudkan Industri 4.0

marketeers article
Revolusi Industri 4.0, Sektor Manufaktur Diminta Manfaatkan Digitalisasi. (FOTO: 123rf)

Saat ini, revolusi industri 4.0 sedang bergulir di seluruh dunia, termasuk Indonesia.  Negara ini sudah memiliki road map yang digagas oleh Kementrian Perindustrian pada 2018, yaitu  Making Indonesia 4.0.  Ini merupakan upaya agar Indonesia dapat bersaing di tingkat global dan menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030.

Untuk itu, pemerintah terus mendorong dan memfasilitasi semua sektor untuk dapat mengadopsi teknologi industri 4.0 secara optimal, termasuk sektor manufaktur. Namun demikian, kurangnya penyediaan teknologi pintar menjadi tantangan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini.

Menjawab hal tersebut, Selandia Baru yang mempunyai kerja sama bilateral dengan Indonesia, telah mengalokasikan dana sebesar NZD 6,8 juta untuk mendanai platform Industry 4.0 Demonstration Network. Platform ini melibatkan entitas negara Callaghan Innovation, konsultan Teknik dan teknologi BECA, serta Employers and Manufacturers Association (EMA).

Menurut Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, platform tersebut merupakan inisiatif dari pemerintah untuk mendorong bisnis global agar dapat menerapkan teknologi digital yang meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan daya saing industri manufaktur. Industry 4.0 Demonstration Network merupakan platform pelatihan yang sangat baik untuk mempercepat adopsi teknologi pintar di Indonesia.

“Sebagai lembaga pengembangan bisnis internasional Selandia Baru, Selandia Baru Trade and Enterprise (NZTE) berkomitmen untuk mendukung perkembangan Industri 4.0 di Indonesia. Platform ini akan membuka akses bagi manufaktur Indonesia ke berbagai penyedia teknologi terkemuka internasional dari Selandia Baru,” kata Diana.

Industry 4.0 Demonstration Network terdiri dari mobile showcase, kunjungan lapangan, dan kunjungan pabrik pintar. Program mobile showcase yang dipimpin oleh BECA, mencakup garis besar dari teknologi Industri 4.0, peningkatan produktivitas, jaminan kualitas, pemeliharaan yang berkualitas dan efisien, serta peningkatan pengambilan keputusan belanja modal. Hal ini melibatkan teknologi analitik data, pemodelan & simulasi, robot canggih, augmented reality (AR) & virtual reality (VR), digital twins, artificial intelligence (AI) & machine learning (ML), additive manufacturing atau pencetakan 3D, dan internet of things (IoT).

“BECA merupakan badan yang memimpin proyek mobile showcase. Kami mengedukasi manufaktur dengan berbagai studi kasus yang sukses dalam transformasi Industri 4.0 dari perusahaan-perusahaan Selandia Baru. Manufaktur dapat memahami bagaimana memanfaatkan data intelijen dan alat analitik real-time untuk memaksimalkan operasi,” kata Elise Salt, Digital Engineer BECA.

Salah satu teknologi yang terlibat dalam mobile showcase, yaitu IoT, telah merevolusi cara manufaktur memantau dan mengontrol pabrik untuk efisiensi yang lebih tinggi. Kemajuan terbaru dalam teknologi komunikasi memungkinkan manufaktur untuk menghubungkan aset-aset pabrik dan mengumpulkan data otomatis.

Menurut Andrew Kelman, Country Manager Indonesia untuk BECA, manufaktur membutuhkan teknologi untuk  mengidentifikasi hambatan dalam proses dan menerapkan pemeliharaan prediktif dan preventif dengan menggunakan berbagai sumber. Menggunakan teknologi, manufaktur juga dapat memperoleh informasi kritikal tentang kinerja pabrik mereka dengan menggunakan sensor, drone, dan berbagai sumber lain untuk memperoleh data secara realtime.

“Alat digital yang kuat seperti machine Learning berbasis AI akan memproses dan menganalisis data yang dikumpulkan. Akses terhadap pengkajian yang akurat tersedia melalui platform software-as-service yang terintegrasi dan mobile. Hasilnya, pemain di industri manufaktur dapat mendeteksi anomali operasional dan mengoptimalkan energi, kenyamanan, dan pemeliharaan,” jelas Andrew.

Industri manufaktur juga dapat membangun digital twin, yakni representasi virtual dengan ketelitian tinggi dari pabrik manufaktur dengan tampilan dan perilaku yang sama. Menurut Elise Salt, Digital Engineer BECA, model digital ini dapat terhubung dengan pabrik aslinya untuk memantau, menganalisis, dan meningkatkan kinerja & pengambilan keputusan.

“Manufaktur dapat menjalankan simulasi untuk menjalankan apa yang ada pada skenario realworld potensial dalam lingkungan berisiko rendah dan berbiaya rendah. Model tersebut beroperasi menggunakan data dari masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ini memungkinkan pemodelan yang komperhensif dari keseluruhan sistem, seperti jaringan aset, logistik produksi, dan utilitas pabrik,” kata Elise.

Terakhir, BECA juga akan menyediakan rangkaian lengkap pengalaman AR dan VR yang mendalam untuk mendukung pelatihan simulasi keselamatan. Teknologi ini menyediakan pengalaman pelatihan yang lebih efisien untuk meningkatkan hasil pelatihan.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related