Inovasi dan Relevansi Kunci Pertumbuhan Industri Periklanan

marketeers article
Inovasi Digital dan Relevansi Sosial Jadi Pilar Utama di Industri Periklanan. (Pantarei)

Industri periklanan di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan pesat pada 2025, dengan inovasi digital dan relevansi sosial sebagai pilar utama.

Pergeseran pola konsumsi media, terutama di kalangan Generasi Alpha yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi, memengaruhi cara merek menyampaikan pesan.

BACA JUGA: Perkuat Perekonomian, Jobstreet Kampanyekan #NextMillionJobs

Sismita Sasmita, Chief Operating Officer (COO) Pantarei, hal ini menuntut pendekatan komunikasi yang lebih kreatif, interaktif, dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Mengintegrasikan teknologi, kreativitas, dan nilai sosial menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh para pelaku industri.

“Generasi Alpha, yang akrab dengan dunia digital dan memiliki preferensi terhadap konten personal, mendorong merek untuk menciptakan kampanye yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga relevan secara emosional dan mampu mencerminkan nilai-nilai yang mereka pedulikan,” kata Sasmita saat peluncuran LUMA Insights di Lucy in The Sky, SCBD, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

BACA JUGA: Bisnis Ritel, Investasi SDM adalah Segalanya

Menurutnya, keberlanjutan industri periklanan tidak hanya bertumpu pada teknologi canggih, tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan audiens muda yang semakin kritis dan berorientasi pada nilai.

“Perusahaan periklanan harus mulai memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menganalisis data konsumen tanpa melanggar privasi, serta membangun kampanye yang mencerminkan nilai-nilai keberagaman,” sebutnya.

Sasmita berpendapat, masa depan industri periklanan akan ditentukan oleh kemampuan merek, untuk menavigasi kompleksitas digital dan sosial. Dengan berfokus pada teknologi dan empati terhadap audiens, industri periklanan berpeluang besar untuk menjadi agen perubahan yang relevan di tengah dinamika global.

Dalam penelitian kualitatif LUMA Insights yang mewawancarai lima responden Gen Alpha berusia 10-14 tahun, terungkap media sering kali membentuk pandangan Gen Alpha, baik secara positif maupun negatif. Penelitian ini dilakukan pada November-Desember 2025.

Platform seperti TikTok, YouTube, dan Roblox mendominasi konsumsi media Gen Alpha. Platform tersebut memengaruhi persepsi Gen Alpha terhadap isu sosial, termasuk representasi gender.

Menyikapi perubahan ini, industri periklanan perlu beradaptasi. Strategi yang mengutamakan pemanfaatan data, kolaborasi dengan generasi muda, dan narasi bermakna menjadi langkah penting untuk menjaga relevansi.

“Penting bagi perushaaan periklanan untuk tidak hanya fokus pada promosi produk, tetapi juga menyampaikan cerita yang menyentuh nilai-nilai audiens,” tutur Sasmita.

Selain perubahan dalam pola konsumsi, Generasi Alpha juga menuntut narasi yang inklusif dan autentik dari merek. Sebagai contoh, platform digital seperti Roblox memungkinkan anak-anak bereksperimen dengan identitas mereka di luar batasan tradisional.

“Media sosial seperti TikTok sering menyampaikan pesan tertentu tentang hubungan atau stereotip. Itu membuat saya bertanya-tanya apakah hal itu benar atau tidak,” ujar Bayu, salah satu responden survei.

“Di Roblox, aku bisa mencoba peran yang berbeda, tanpa merasa dibatasi,” kata Sukma, responden lain menambahkan.

Editor: Tri Kurnia Yunianto

 

Related

award
SPSAwArDS