Inspirasi Kelas Executive MBA Strategic Marketing

marketeers article
Concept of consulting services, project management, time management, marketing research, strategic planning.

Belajar strategic marketing sudah menjadi keharusan bagi para pelaku bisnis. Pasalnya marketing dibutuhkan oleh bisnis di industri dan di posisi manapun. Paling tidak, kebutuhan ini muncul dari testimoni beberapa kandidat MBA yang sedang menekuni strategic marketing di kelas Executive MBA Strategic Marketing dari SBM ITB-MarkPlus Institute. 

Salah satu testimoni datang dari Dionisius Narendra Putra, Integrated Marketing Specialist di Microsoft Indonesia. Menurutnya, customer path yang sudah berubah harus disikapi dengan cara-cara baru. Di Microsoft, sambung Dionisius, ada tiga yang harus terintegrasi, yakni people, process, dan technology. 

“Teknologi dipakai untuk mendukung sumber daya manusia dalam perusahaan sekaligus mendukung proses operasional agar lebih cepat dan efiesien. Dengan ini, people bisa lebih fokus pada inovasi dan kreasi baru untuk merespons kebutuhan pasar,” ujar Dionisius dalam sesi Jakarta Marketing Week 2020, Sabtu (20/09/2020). 

Strategic marketing ini juga layak dipakai dalam mempertahankan bisnis di masa sulit seperti pandemi COVID-19 sekarang ini. Menurut  Adrianus Aditya, Finance Accounting Manager Warung Pintar, salah satu cara bertahan di masa sulit adalah dengan omni mindset. Menurutnya, dunia saat ini berubah dengan cepat yang mana customer dan market berubah sehingga proses bisnis harus berubah. “Saya berhipotesis bahwa cara terbaik untuk beradaptasi dengan perubahan adalah menjaga relevansi perusahaan dengan market,” katanya.

Warung Pintar memosisikan diri sebagai konektor dengan para pelaku UKM, khususnya di sektor makanan. Di sini, digitalisasi memainkan peranan penting. Warung Pintar memberikan berbagai layanan kepada warung-warung tersebut, seperti akses informasi, akses untuk mendapatkan barang-barang dari prinsipal, akses pembayaran, dan akses pasar. “Kami memberikan akses payment secara digital, termasuk juga akses ke funding. Yang paling penting menghubungkan mereka dengan future customer,” katanya. 

Untuk memperkuat akses-akses tersebut, Warung Pintar menerapkan omnichannel dengan cara menghadirkan online marketplace maupun kanal offline. “Saya orang finance, namun mau belajar marketing. Saya melihat finance dan marketing memiliki tujuan yang sama, yakni maksimalisasi value perusahaan,” kata Adrianus. 

Di sektor consumer goods, marketing memainkan peranan vital. Paling tidak ini yang disadari oleh Fidiyanti Febrina, Category Manager PT L’Oreal Indonesia. Di consumer goods, bagi Fidiyanti, pandangan bahwa posisi menentukan prestasi itu ada benarnya. Dalam hal ini, strategi product placement penting untuk pemasaran produk-produk tersebut. Hal ini juga tidak lepas dengan perilaku pelanggan, termasuk strategi promosi dan strategi distribusi apakah melalui kanal online maupun offline

“Di kondisi saat ini, brand harus bisa gesit dalam memilih kanal. Tak hanya itu, ia harus terbuka untuk berkolaborasi, mensiasati kompetisi, timing, dan perilaku konsumen terkait dengan kondisi ekonomi terkini. Dan, apa yang saya dapatkan di kelas strategic marketing  ini adalah saya tidak hanya diajari untuk menjadi marketer yang baik, tetapi juga menjadi a good leader, manager, dan corporate strategist,” kata Fidiyanti.

Anindita Utami, Product Marketing Gopay memberi testimoni lain. Pada tahun 2018, GoPay melakukan transformasi besar dari alat pembayaran untuk layanan Gojek seperti GoFood, GoRide menjadi opsi pembayaran yang terbuka. “Saat itu memang tidak mudah. Kami sebagai pioner di tren ini dan masyarkat belum begitu melek dengan e-wallet. Di sini, prespektif marketing menjadi penting,” katanya.

Menurutnya, langkah pertama yang dilakukan adalah memahami target pasar dengan memahami kebutuhan pelanggan, aspirasi, hingga perubahan perilaku mereka. “Dan, untuk relevan dengan perilaku pelanggan, strategi omnichannel menjadi pilihan terbaik. Ini menjawab customer path di era konektivitas yang dikenal dengan 5A, yakni aware, appeal, ask, act, dan advocate,” kata Anindita. 

Bagi Anindita, belajar strategic marketing dan pekerjaan ia istilahkan dengan connecting the dots alias pekerjaan dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan. “Selain itu, saya bisa melihat bidang saya secara holistik dan bukan cuma dari kaca mata marketing. Dan, tentunya, kuliah ini menjadi ruang berjejaring dengan banyak orang dari berbagai industri,” katanya. 

Related