Investasi Apartemen Mulai Ditinggalkan, Apa Penyebabnya?

marketeers article
Ilustrasi investasi apartemen. (Sumber: 123rf)

Investasi berbentuk apartemen secara perlahan mulai ditinggalkan. Pasalnya, produk investasi ini dinilai sudah tak lagi menguntungkan, khususnya pascapandemi COVID-19.

Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International menyampaikan jumlah orang yang berinvestasi apartemen cenderung menurun. Menurutnya, hal ini dipicu kerugian yang dialami oleh investor karena minat sewa apartemen makin rendah.

“Hal ini karena pemilik apartemen merasa ‘saya rugi beli apartemen karena kosong dan susah cari penyewa’. Itu benar, kondisi ini terjadi di Jakarta dan sekitarnya,” ujar Ferry dalam acara media briefing, Kamis (20/7/2023).

BACA JUGA 99 Group: Gen Z Makin Tertarik Hunian Apartemen

Padahal, sebagian pembeli apartemen bertujuan untuk mendapatkan passive income dari penyewaan. Namun sayangnya, seiring tahun, jumlah suplai apartemen makin banyak tapi tidak diimbangi dengan demand yang justru kian rendah.

Alhasil, pemilik apartemen justru harus bersaing dengan banyak apartemen lainnya. Belum lagi, para investor tetap harus membayar biaya layanan (serving charge) secara rutin setiap bulan, meskipun apartemen kosong.

“Harganya jelas tidak bisa naik. Kalau memang tidak ada sewanya, siapa yang mau beli dengan harga lebih tinggi. Hal ini yang membuat orang semakin enggan untuk investasi apartemen,” ujar Ferry.

BACA JUGA Jelang Tahun Politik, Penjualan Apartemen Diperkirakan Melambat

Mengenai hal ini, ia memerinci data jumlah investor dan end user yang mengalami perubahan. Saat ini, persentase jumlah investor sekitar 46% dan end user sebanyak 54%.

“Padahal tadinya, jumlah investor mencapai 60%, sedangkan end user 40%. Akan tetapi, selama 2023 ada pergeseran, kini 54% end user dan 46% investor,” ucapnya.

Terkait hal tersebut, Ferry menambahkan karena saat ini end user membeli sesuai kebutuhan dan pengembang lebih memilih untuk menghabiskan stok apartemen yang siap huni.

“Mereka (pengembang) kini fokus dengan gimmick yang lebih menarik sehingga membuat orang tertarik mau beli. Sedangkan end user beli produk ready stock. Investor biasanya main yang masih under construction tujuannya dapat capital gain lebih baik,” tutur Ferry.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related