Investor Thailand Sudah Kebal Dengan yang Namanya Kudeta

marketeers article

Kondisi ekonomi Indonesia sempat stagnan pada tahun lalu saat memasuki masa pemilu presiden. Investor juga berpikir dua kali untuk menanamkan modal. Pasalnya, mereka memilih menunggu terpilihnya presiden dan melihat seperti apa kebijakan pemerintahan baru. Walau telah terpilih Jokowi untuk didapuk jadi RI 1, perlambatan masih terjadi dan diperkirakan baru akan pulih mulai pertengahan tahun.

Masalah politik tersebut tentu mempunyai pengaruh besar kepada para investor luar. Namun, pengecualian disematkan kepada para investor dari Thailand. Kondisi politik tidak menentu tahun lalu tidak menurunkan hasrat mereka untuk berinvestasi di Tanah Air. Menurut Kementerian Luar Negeri, sejak tahun 2012, nilai investasi dari Thailand ke Indonesia meningkat terus, mulai dari US$ 68 juta, US$ 117 juta pada 2013, hingga terakhir tahun lalu sebesar US$ 317 juta.

“Itu investasi di luar sektor migas. Kalau kita bicara soal migas, ambil contoh akhir 2013, ada investasi sebesar US$ 5 miliar, di mana perusahaan kimia Thailand bekerjasama dengan Pertamina. Jadi, sebenarnya besar sekali. Kalau soal peringkat, Thailand naik dari peringkat 20 ke 13 sebagai negara dengan nilai terbesar di Indonesia,” ujar Penasihat Menteri Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk Thailand Arif Suyoko di kantor Marketeers, Jakarta, Selasa (7/4/2015).

Apalagi jika dilihat nilai tahun lalu, tentu investor-investor Thailand tidak ragu mengalirkan uangnya ke Indonesia sekalipun kondisi politik tidak menentu. Usut punya usut, kondisi politik jelang pilpres 2014 tidak ada apa-apanya bagi mereka. “Ya, biasa saja karena negara mereka terhitung sudah 16 kali mengalami kudeta. Jadi, kalau dibandingkan dengan Thailand, kondisi politik walau dikatakan panas jelang pilpres tahun lalu, Indonesia dianggap adem-adem saja,” sambung Arif.

Lalu apa yang menarik buat para pengusaha dari Negeri Gajah Putih ini? Pemerintah Thailand mendorong pengusaha lokal untuk ekspansi ke luar negeri, seperti Indonesia, Myanmar, dan Vietnam. Khusus Indonesia, mereka menganggap ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dan ketersediaan bahan baku lebih banyak dibanding di Thailand. Tentu saja pasar Indonesia juga amat menggiurkan bagi para investor, termasuk Thailand.

Plus minusnya tetap ada. Di Thailand, sistem transportasi sudah baik dan kondisi geografisnya tidak sesulit Indonesia yang harus melewati banyak laut. Infrastruktur penghubung juga dianggap belum mumpuni. “Makanya sangat baik sekali jika pemerintah sekarang memilih membangun pelabuhan-pelabuhan penghubung. Selain itu, kebijakan perizinan investasi di BKPM yang dipercepat membuat investor senang,” tutup Arif.

Related