ITSEC Asia Jawab Kebutuhan Pasar Akan Teknologi Keamanan Siber

marketeers article
ITSEC Asia Jawab Kebutuhan Pasar Akan Teknologi Keamanan Siber. (FOTO: Marketeers/Vedhit)

PT ITSEC Asia Tbk merespons berbagai tantangan keamanan siber dengan mengembangkan dua layanan utama, yaitu Managed Security Services (MSS) dan Professional Security Services (PSS). MSS mencakup pemantauan jaringan perusahaan terkelola, pemantauan keamanan cloud, proteksi, dan deteksi malware tingkat lanjut, serta berbagai layanan lainnya.

“PSS mencakup layanan pengujian penetrasi dan red teaming untuk menguji keamanan aplikasi, serta forensik digital dan respons insiden,” kata Andri Hutama Putra, Presiden Direktur PT ITSEC Asia di Jakarta, Selasa (18/7/2023).

Pasar untuk layanan MSS dan adopsi PSS mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan tren ini diperkirakan berlanjut pada masa mendatang.

BACA JUGA: Tren Meningkat, Lintasarta Fokus ke Bisnis Cloud & Cyber Security Tahun 2023

Sadar akan risiko yang ditimbulkan oleh ancaman siber, makin banyak perusahaan yang menyimpan data sensitif dan menjalankan operasi daring, sehingga kebutuhan akan langkah-langkah keamanan siber yang kuat menjadi kian penting. Persyaratan kepatuhan seperti privasi data dan peraturan keamanan siber akan terus menjadi pendorong utama permintaan solusi layanan keamanan siber yang komprehensif dan akurat untuk perusahaan-perusahaan di berbagai sektor, seperti perbankan, perusahaan asuransi, operator telekomunikasi terkemuka, dan sektor lainnya.

“ITSEC Asia berkomitmen untuk mendukung perkembangan industri digital di Indonesia melalui solusi teknologi keamanan siber yang andal dan efektif,” tutur Andri.

Perusahaan ini memprediksi industri teknologi keamanan siber di Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat seiring tingginya tingkat digitalisasi yang juga meningkatkan risiko serangan siber. Data dari Frost & Sullivan menunjukkan hampir setengah organisasi di Indonesia pernah mengalami serangan siber, menyebabkan kerugian mencapai US$ 43,2 miliar, setara dengan 3,7% dari total PDB Indonesia. 

BACA JUGA: Memahami Cybersecurity untuk Proteksi Data dalam Dunia Bisnis

Menghadapi situasi ini, strategi dan taktik keamanan siber yang efektif sangat diperlukan, terutama karena Indonesia merupakan negara ketiga yang paling rentan terhadap serangan malware.

“Kondisi tersebut membawa dampak pada dunia industri, di mana penggunaan teknologi yang cepat bergerak serta meningkatnya potensi serangan siber yang semakin canggih,” ujar Andri.

Sayangnya, kekurangan tenaga profesional keamanan siber yang berkualitas menjadi tantangan di industri saat ini. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang memilih untuk mengandalkan penyedia layanan keamanan siber guna mengatasi permasalahan ini.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related