Jaga Profitabilitas, UVCR Ketat Jalankan Penganggaran

marketeers article
Riky Boy Permata, Chief Commercial Officer Ultra Voucher & Hady Kuswanto, Direktur Utama Ultra Voucher (Foto: Hafiz/Marketeers)

PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) dengan merek Ultra Voucher (UV) cukup ketat dalam menjalankan aktivitas penganggaran. Hasilnya, perusahaan mengklaim selalu membukukan profit sejak pertama kali hadir tahun 2014 hingga terakhir pada tahun 2022. Tahun 2023, UV ingin memperkuat positioning mereka sebagai gift card dan reward platform services dengan profitabilitas positif.

“Beberapa tahun ke belakang, kami fokus ke hal fundamental, yakni pengembangan teknologi. Kami memulai dengan satu karyawan pada tahun 2014 dan kini telah memiliki 100 karyawan dan telah melantai di bursa saham pada Juli 2021,” jelas Hady Kuswanto, Direktur Utama Ultra Voucher saat menggelar media luncheon di Jakarta, Rabu (22/2/2023).

Sebagai penyedia voucer digital dan platform reward untuk segmen ritel dan B2B, UV telah memiliki 500 ribu active user, 310 konsumen korporasi, dan bekerja sama dengan 600 merchant perusahaan FMCG, makanan dan minuman, transportasi, hingga pemain industri hiburan.

Di dalam bisnisnya, perusahaan memiliki tiga model bisnis, yakni Direct-to-consumer, Corporate Solution dengan menawarkan white label solution untuk voucer UV agar hadir di aplikasi para klien, dan Corporate Tools Solution.

BACA JUGA: Asosiasi Ungkap Lima Tren Customer Experience pada Tahun 2023

“UV membawa semangat untuk harus dan selalu profit sejak awal berdiri. Kami pun menjaga profitabilitas perusahaan, selain peningkatan revenue dan jumlah user. Di sini, kami membawa dua bisnis model B2C dan B2B,” papar Riky Boy Permata, Chief Commercial Officer Ultra Voucher.

Pada model bisnis business-to-consumer (B2C), UV menawarkan pengguna untuk membeli voucer dan mengambil keuntungan dari penjualan voucer tersebut. Di segmen business-to-business (B2B), perusahaan juga mendapatkan untung dari transaksi voucer yang dilakukan konsumen ke merchant.

Selain itu, perusahaan juga menawarkan additional services bagi merchant yang ingin menjalankan program loyalitas ke pelanggan mereka. Dengan kata lain, pendapatan berbasis voucer didapat dari penjualan B2C dan B2B dan pendapatan jasa dari segmen B2B. Dari sini, perusahaan selalu menjaga profitabilitas dan masih memiliki spare budget untuk promosi.

BACA JUGA: Studi Tujuh Layanan Paylater di E-Commerce, Siapa yang Paling Kasih Cuan?

“Menariknya, kami ada sedikit membakar uang untuk promosi namun targeted yang dibantu dengan big data yang kami himpun. Dari sini, kami tahu kapan, di mana, dan untuk konsumen mana kami harus mengerahkan program promosi. Semuanya sangat terukur dengan KPI. Terbukti, ketika tahun 2020 ingin IPO revenue kami Rp 369 miliar lalu tahun 2021 pertumbuhannya hampir 3x lipat Rp 939 miliar dan profit meningkat hampir 400%,” tegas Riky.

Riky mengklaim memiliki data perilaku konsumen yang memungkinkan ia merancang program berdasarkan data tersebut yang harus meningkatkan pendapatan dan profit baru.

“Tahun ini, kami memiliki empat fokus. Kami ingin lebih dekat dengan konsumen, lebih banyak merchant dari Indonesia dan merek internasional. Kami juga ingin melahirkan inovasi baru dan menjaga performa revenue agar terus profit sebagai tech company,” lanjut Riky.

Ekspansi pun terus dilakukan perusahaan. Tak hanya memperluas jangkauan di pasar nasional, perusahaan juga telah mengekspansikan bisnisnya di Singapura pada November 2022. Tahun ini, perusahaan tengah melakukan riset untuk berekspansi ke negara lain di Asia Tenggara.

Related

award
SPSAwArDS