Jahja BCA, Orang Keuangan Yang Percaya dengan Marketing

marketeers article

Kombinasi antara keuangan dan marketing yang pas bisa menghasilkan kinerja yang maksimal. Hal inilah yang dipercaya oleh Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Dengan latar belakang dunia keuangan yang dimiliki, Jahja pun tidak menutup mata dengan dunia marketing yang terkesan hanya menghamburkan uang untuk promosi. Hasilnya? Kini BCA menjadi pemain yang memiliki penetrasi kuat di dunia keuangan. Kinerja mereka pun sangat kokoh.

Lantas apa pandangan Jahja terhadap dunia marketing sendiri? Apa pandangannya terhadap Indonesia pada tahun 2016? Simak interview Hendra Soeprajitno dari Marketeers bersama Jahja Setiaatmadja, Marketeer of the Year 2015 berikut ini.

 

Bagaimana dengan tahun 2016?

Kami melihat kondisi akan lebih baik pada tahun ini. Namun dengan catatan, ini adalah persepsi. Kami tidak berani mencatatkan pertumbuhan yang muluk-muluk. Misalnya untuk kredit, kami hanya menargetkan credit curve di bawah 10%. Namun, ketika kondisi membaik, kami sangat likuid dan CAR kami akan mencapai 20%, sehingga bisa menaikkan kredit sampai 13% atau 15%.

Kenapa? Karena lebih mudah bagi cabang mengejar target rendah namun dinaikkan, ketimbang mengejar target yang tinggi namun mengorbankan kualitas. Jadi, bukan karena pesimistis. Kami mengetahui seperti apa kultur di cabang. Ketika dikasih target tinggi, maka akan dikejar. Lebih baik kami tentukan target yang realistis, kami amati terus menerus, dan dinaikkan.

Di Indonesia, kita harus melakukan monthly management. Kita tidak boleh membuat target, lalu menutup mata. Kita harus melihat month by month. Itu berdasarkan pengalaman saya di perbankan selama 25 tahun. Kita memang harus punya target tiga tahun, lima tahun. Namun, kita harus memerhatikan bulan demi bulan. Karena prinsipnya jika per bulan kita bagus, overall akan bagus. Saya tidak mau bercita-cita tiga tahun jadi apa, lima tahun jadi apa, lantas menjadi raksasa, tapi selanjutnya gembos. Lebih baik kami berhati-hati dan bagus, melihat month by month, karena ujungnya pasti bagus.

Bagaimana dengan akuisisi?

Semula kami memang mencanangkan pada tahun ini. Namun, dengan situasi seperti sekarang, kami tahan dulu dan masukkan pada anggaran 2016. Akuisisi tidak boleh buru-buru. Misalnya asuransi jiwa. Semula kami merencanakan akuisisi, namun akhirnya kami membuat sendiri. Apalagi saat ini menjadi ujian bagi bank kecil dan menengah untuk bertahan. Jadi, kami menahan akuisisi lebih dulu sembari melihat. Namun, anggaran sudah kami siapkan.

Latar belakang Anda adalah keuangan. Tapi Anda sangat percaya dengan marketing. Bagaimana bisa?

Latar belakang saya akuntan. Dan, biasanya identik dengan orang yang kutu buku dan konservatif. Tapi ketika saya masuk ke PricewaterhouseCoopers, saya adalah akuntan publik. Ketika di Kalbe Farma, saya dipercaya memegang keuangan dan ini menjadi dunia yang menarik. Lalu, saya banyak belajar dari teman marketing. Akhirnya saya diangkat menjadi direktur keuangan di Kalbe Farma. Tapi selanjutnya saya pindah ke Grup Indomobil. Di situ ada kejadian. Rupanya direktur keuangan sebelumnya sangat ketat terhadap bujet. Sedangkan saya mau mendengarkan ketika orang marketing memberikan program. Jika program itu masuk akal, dan bisa menaikkan pencapaian dari 100 menjadi 120, silakan saja. Tapi tentunya kita harus tetap mengontrol.

Saya memahami industri berkembang sehingga kesempatan itu tidak bisa dibujetkan sebelumnya. Jika tiba-tiba ada kesempatan yang akan menghasilkan penjualan luar biasa jika dipromosikan, why not? Ya ditembak. Asal kita yakin hasilnya baik.

Saya melihat ini seperti gas dan rem. Sekali-kali harus digas, ya terkadang harus direm. Balancing itu penting. Jadi, keuangan dan marketing kombinasi yang sangat bagus. Jika Anda bisa me-manage secara benar akan menjadi optimal. Jika Anda hanya menggebu-gebu dengan marketing tanpa berpikir controlling, maka seperti menginjak gas dan nabrak. Sebaliknya, ketika Anda terus menginjak rem, kapan mau maju? Jadi optimal itu adalah seimbang.

 

Artikel selengkapnya bisa Anda dapatkan
di Majalah Marketeers edisi Marketeer of the Year 2015

    Related