Jakarta Harus Pelopori Transportasi Ramah Lingkungan

marketeers article

Presiden Joko Widodo mendukung komitmen global dalam menjaga kualitas udara dan lingkungan.    Indonesia telah menyetujui komitmen Paris Agreement dalam Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Bangsa-bangsa, yang diawali dengan mereduksi emisi karbon dioksida yang berlaku pada 2020.

Menurut Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementrian ESDM,  Indonesia akan menuju angka 23% untuk energi terbarukan dari total campuran energi primer nasional pada 2025.

Selain itu, menggadangkan waste-to-energy juga atau limbah ke energi yang merupakan proses menghasilkan energi ke dalam bentuk listrik atau panas. Bisa juga pengolahan limbah yang menjadi sumber bahan bakar.

“Jadi dua-duanya harus dijaga  untuk menjaga komitmen global Presiden. Kita memastikan bahwa program dan kebijakan match dengan apa yang ditargetkan. Pengurangan rumah kaca juga dapat tercapai,” kata Dadan, dalam dalam webinar Katadata Forum Green Transportation Roadmap, Selasa (09/03/2021).

Kota besar merupakan pusat hiruk pikuk dengan banyaknya kemacetan dan transportasi yang kerap sesak. Sehingga, menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar. Kota Jakarta, sebagai ibukota, diharapkan dapat mengawali perubahan lingkungan yang lebih baik.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria  yakin bahwa Jakarta dapat mengaplikasikan konsep sustainability city. Dalam arti, pembangunan kota seharusnya tidak hanya memperhatikan ekonomi saja, namun juga kualitas hidup manusia di dalamnya.

“Kami menyadari bahwa transportasi itu merupakan denyut nadi dalam kehidupan perkotaan. Untuk itu, kita harus memastikan bahwa transportasi itu ramah lingkungan dan bebas polusi,” ucapnya di acara yang sama

Menurut Widhyawan Prawiraatmaja selaku Pembina Koaksi Indonesia, kalau sudah komitmen dengan menciptakan transportasi ramah lingkungan sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tidak menunda. Maka, peta jalan untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik harus lebih jelas. Seperti menggunakan emisi Euro yang tujuannya untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor.

“Sekarang menggunakan bahan bakar yang kualitasnya relatif rendah, misalnya standar emisi Euro 2. Kenapa kita tidak menyarankan Euro 4 atau Euro 5 sekalian. Mungkin kita tidak bisa meratakan di seluruh Indonesia, kenapa Jakarta tidak mencapai champion,” ungkap Widhyawan.

Sementara itu,  Direktur Konservasi Energi Kementrian ESDM Luh Nyoman Puspa Dewi menjelaskan, bahwa saat ini pengembangan terhadap motor listrik sedang giat dilakukan. Ia mengatakan, Badan Penelitian dan Pengembangan melakukan penelitian memodifikasi motor dengan bahan bakar listrik dan baterai.  “Harapannya motor-motor yang dimodifikasi dengan bahan bakar listrik jadi lebih murah. Memang peraturan harus dipenuhi pada masyarakat dan tentunya juga industri,” katanya.

    Related