Jaya Konstruksi Jaga Likuiditas Perusahaan Selama Pandemi

marketeers article

Sektor konstruksi  merupakan salah satu sektor unggulan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 65% perekonomian dipengaruhi oleh lima sektor utama, yaitu industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

Meski demikian, tantangan datang ketika diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan pemberhentian sementara beberapa proyek. Selain itu, adanya kebijakan refocusing anggaran dari pemerintah, membuat sektor ini harus mengalami kontraksi.

Sutopo Kristanto, President Director of Jaya Konstruksi mengatakan, sektor konstruksi diperkirakan akan mengalami penurunan sekitar 7% dibanding tahun lalu. Hal ini berdampak pada kinerja Jaya Konstruksi. Sutopo memproyeksikan pendapatan absolut terkontraksi atau turun hingga 40% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, nilai absolut laba bersih anjlok hingga 50%. Karena itu, adaptasi strategi perlu dilakukan agar perusahaan terus bertahan. Untuk itu, Sutopo melakukan efisiensi melalui rightsizing dan cashflow management untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Sutopo Kristanto, President Director of Jaya Konstruksi

Rightsizing dilakukan dengan mengurangi pegawai sebanyak 80 karyawan, dari total 2.107 menjadi 2.027 orang. Sutopo mengatakan, program rightsizing bukan berarti fokus pada pengurangan pegawai, tetapi untuk peningkatan produktivitas para karyawan. Sedangkan, cashflow management yang baik dilakukan dengan berfokus pada pertumbuhan organic innovation dan inorganic growth.

“Jaya Konstruksi juga melakukan strategic responses untuk menanggapi situasi pandemi, yaitu dengan organic innovation dan inorganic growth. Inti dari kedua strategi tersebut adalah pengeluaran biaya yang lebih efisien,” ujar Sutopo.

Organic innovation yang dimaksud Sutopo di antaranya adalah menjaga keandalan konsep layanan, melakukan penyerahan secara tepat waktu, mutu proyek sesuai dengan yang diisyaratkan, serta keselamatan bagi para karyawan dengan menerapkan protokol COVID-18 di seluruh lokasi proyek Jaya Konstruksi. 

Seperti perusahaan lainnya, Jaya Konstruksi juga melakukan digitalisasi bisnis dan inovasi produk. Strategi ini dilakukan agar perusahaan lebih cepat merespons kebutuhan pelanggan dan mengefisienkan proses bisnis. Ujung dari upaya tersebut adalah menjaga likuiditas perusahaan.

Hingga September 2020, Jaya Konstruksi sudah mengantongi nilai kontrak mencapai Rp 9 triliun. Diproyeksikan sampai akhir tahun 2020, nilai konstruksi yang dikantongi oleh perusahaan akan mencapai Rp 9,9 triliun. “Kami akan terus mengkaji ulang nilai kontrak selama pandemi COVID-19. Hal ini untuk mempertahankan likuiditas perusahaan yang terdampak pandemi,” tegasnya.

Namun, terdapat angin segar untuk sektor konstruksi. Dikarenakan program refocusing telah selesai, sektor ini dapat kembali menunjukkan gelagatnya. Selain itu, pemerintah juga mempercepat investasi di sektor konstruksi dengan melakukan pelelangan barang. Sehingga, diharapkan sektor ini tidak lagi mengalami kontraksi berkelanjutan dan dapat tumbuh pada tahun 2021.

Related