Jokowi Teken MoU Investasi dengan Xinyi Group Senilai US$ 11,6 Miliar

marketeers article
Penandatanganan nota kesepahaman antara Presiden Joko Widodo dengan Xinyi Group. Sumber gambar: Humas BKPM.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan produsen kaca panel surya asal Cina, Xinyi Group. Nota kesepahaman itu terkait dengan rencana investasi perusahaan membangun pabrik di Kawasan Industri Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Adapun MoU tersebut terjalin merupakan tindak lanjut dari negosiasi pada 19 Juli 2023. Rencananya perusahaan akan menanamkan investasi sebesar US$ 11,6 miliar atau setara Rp 174,9 triliun (kurs Rp 15.081 per US$) yang bakal digunakan untuk pengembangan ekosistem rantai pasok industri kaca dan industri kaca panel surya.

BACA JUGA: Kunjungi Cina, Bahlil Pastikan Xinyi Group Bangun Pabrik di Batam

“Saya mengapresiasi komitmen investasi Xinyi dalam mendukung hilirisasi industri kaca panel surya di Indonesia. Saya juga menyambut baik dimulainya proyek Xinyi. Apabila ada persoalan di lapangan, kami akan bantu sepenuhnya,” kata Jokowi melalui keterangannya, dikutip Senin (31/7/2023).

Sementara itu, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI menambahkan, investasi Xinyi Group merupakan bukti tingginya kepercayaan investor kepada Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Dia bilang, Xinyi Group merupakan perusahan pemain kaca terbesar di dunia.

BACA JUGA: Tarik Peluang Investasi, Pemerintah RI Kunjungi Pabrik Chery di Cina

Rencana investasi di Batam merupakan proyek kedua di Indonesia. Sebelumnya, Xinyi Group melakukan investasi tahap pertama untuk basis manufaktur kaca komprehensif berskala besar di Kawasan JIIPE (Java Integrated and Industrial Port Estate) di Gresik, Jawa Timur tahun lalu sebesar US$ 700 juta.

Produksinya diperkirakan terlaksana di pertengahan tahun depan. Investasi ini diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 35.000 orang. Untuk produknya, rencananya bakal diperuntukkan bagi pasar ekspor.

“Ini akan menjadi pabrik terbesar kedua di dunia setelah Cina. Kalau kita sudah berhasil membangun sistem hilirisasi dari nikel, sekarang mulai kita dorong ke pasir kuarsa. Output produknya hampir 95% untuk ekspor, karena pasarnya adalah luar negeri,” kata Bahlil.

Di sisi lain, Chief Executive Officer (CEO) Xinyi Group Lee Yin Yee menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Indonesia yang telah membuka kesempatan berkolaborasi untuk pengembangan industri panel surya mereka. Ia berharap kerja sama yang akan dilaksanakan ini dapat menguntungkan kedua belah pihak.

“Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia khususnya kementerian terkait yang telah membantu kami mengimplementasikan investasi ini. Sebelumnya Xinyi Group telah berinvestasi di Gresik. Kali ini kami berencana untuk berinvestasi dalam pembangunan industri fotovoltaik atau panel surya di Pulau Rempang dan akan menjadi area industri fotovoltaik komprehensif terbesar di dunia,” ucap Yin Yee.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related