Jualan Moncer, BYD Pepet Tesla di Pasar Mobil Listrik Global

marketeers article
Jualan Moncer, BYD Pepet Tesla di Pasar EV Global (FOTO: 123RF)

Produsen mobil asal Cina, BYD, mencatat lonjakan penjualan pada akhir tahun lalu. Hasil tersebut memperkuat posisinya sebagai pesaing utama Tesla dalam memperebutkan gelar produsen kendaraan listrik atau mobil listrik (EV/Electric Vehicle) terbesar di dunia pada 2024.

Dilansir dari laporan BBC, Kamis (2/1/2025), BYD melaporkan telah menjual 207.734 unit kendaraan listrik pada bulan Desember, sehingga total penjualannya sepanjang tahun mencapai 1,76 juta unit.

Penjualan ini didorong oleh subsidi dan diskon yang menarik minat konsumen. Sementara itu, Tesla dijadwalkan mengumumkan angka penjualan kuartalannya pada Kamis (2/1/2025) ini.

Meskipun Tesla masih memimpin penjualan EV di kuartal sebelumnya, BYD terus memperkecil jarak dengan produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) tersebut.

Secara keseluruhan, penjualan kendaraan BYD meningkat lebih dari 41% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar didukung oleh penjualan mobil hibrida.

BACA JUGA: Bidik Layanan Antar Jemput, Tesla Siapkan Robotaxi

Di pasar domestiknya, Cina, BYD meraih keuntungan dari persaingan ketat yang menurunkan harga kendaraan, serta subsidi pemerintah yang mendorong konsumen untuk mengganti kendaraan lama mereka dengan EV atau opsi yang lebih hemat bahan bakar. Saat ini, 90% penjualan BYD berasal dari Cina, yang mana perusahaan memperkuat posisinya di atas merek-merek asing, seperti Volkswagen dan Toyota.

Keberhasilan BYD dan produsen EV Cina lainnya berbanding terbalik dengan tantangan yang dihadapi beberapa produsen mobil tradisional di pasar Barat. Bulan lalu, Honda dan Nissan mengonfirmasi bahwa mereka tengah membahas kemungkinan merger untuk menghadapi persaingan dari industri otomotif Cina.

Pada bulan yang sama, Volkswagen mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja IG Metall untuk mencegah penutupan pabrik di Jerman dan menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) langsung. Sebelumnya, raksasa otomotif Jerman ini sempat memperingatkan kemungkinan penutupan pabrik sebagai langkah penghematan biaya.

Di sisi lain, Stellantis, perusahaan yang memiliki merek, seperti Vauxhall, Jeep, Fiat, Peugeot, dan Chrysler, menghadapi gejolak ketika CEO-nya, Carlos Tavares, mengundurkan diri secara mendadak setelah perselisihan internal.

BACA JUGA: Strategi BYD Indonesia dalam Meningkatkan Pengalaman Konsumen

Pada kuartal III tahun 2024, pendapatan BYD memelesat, melampaui Tesla untuk pertama kalinya. BYD mencatat pendapatan lebih dari 200 miliar yuan (sekitar US$ 28,2 miliar) antara Juli dan September, naik 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, pendapatan Tesla tercatat US$ 25,2 miliar pada kuartal tersebut. Namun, Tesla masih menjual lebih banyak kendaraan listrik daripada BYD.

Meskipun penjualan EV produsen Cina ini meningkat di luar negeri, mereka menghadapi tantangan di beberapa pasar besar. Uni Eropa memberlakukan tarif hingga 45,3% untuk impor EV asal Cina pada Oktober, sementara AS telah mengenakan bea masuk 100% dan Presiden Donald Trump diperkirakan menambah tarif untuk impor dari Cina.

Di tengah tantangan ini, BYD terus memperluas jangkauannya di negara-negara berkembang. Namun, bulan lalu, BYD menghadapi hambatan di Brasil, pasar terbesarnya di luar negeri.

Pihak berwenang Brasil menghentikan pembangunan pabrik BYD karena menemukan pekerja hidup dalam kondisi yang disebut “seperti perbudakan.” BYD mengatakan telah memutus hubungan dengan perusahaan konstruksi yang terlibat dan menegaskan komitmennya untuk mematuhi undang-undang Brasil sepenuhnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS