Jurus Jitu Agar UKM Selamat Hadapi Masa Krisis

marketeers article
Many empty shelves with few canned goods left in a Eurpean supermarket because of panic shopping because of Covid-19 virus

Karantina lokal dan isolasi mandiri yang dilakukan oleh publik di tengah kondisi pandemi berdampak cukup besar. Khususnya bagi industri yang mengandalkan kunjungan dan transaksi konsumen harian. Namun, beberapa pelaku industri berhasil ‘menyelamatkan diri’ dengan menghadirkan layanan daring.

YouGov dalam surveinya yang berjudul COVID-19 Impact on Indonesian Consumer Behavior menunjukkan adanya peningkatan belanja daring sebesar 20% dan pemesanan makanan lewat delivery service sebesar 14% selama periode Februari-Maret 2020. Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumen yang semakin bergantung pada aktivitas daring untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Michael Williem, CEO Qasir mengatakan bahwa adanya perubahan ini harus diperhatikan oleh pelaku industri, terutama sektor UKM. Mereka harus menyadari bahwa tidak selamanya bisnis harus dilakukan dengan cara tradisional. Dengan adanya data di atas, UKM harus menyadari bahwa kanal daring dapat membuka kesempatan bisnis yang lebih besar.

“Sudah banyak yang menyadari peran kanal daring untuk perkembangan usahanya. Namun, masih banyak kelompok usaha yang tidak bisa melakukan transisi bisnis dari offline ke online. Merekalah yang memerlukan solusi, mengingat UKM merupakan kelompok yang sangat rentan di masa perlambatan ekonomi seperti sekarang,” katanya.

Untuk itu, Michael mengatakan setidaknya pelaku usaha harus memerhatikan tiga poin penting untuk menjaga usahanya di tengah kondisi social distancing ini.

1. Pelanggan tetap nomor satu

Di masa ini, pelaku UKM harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan adanya pandemi yang sedang merebak, pelanggan menginginkan produk dan lokasi usaha yang bersih.

“Hal ini bisa diwujudkan dengan menyediakan hand sanitizer. Pengusaha juga bisa mulai melakukan peralihan dengan menyediakan layanan delivery lewat kanal sederhana seperti aplikasi perpesanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang sedang melakukan self isolation,” kata Michael.

2. Bijak mengelola stok barang

Berkaca dari fenomena panic buying di beberapa negara, pengusaha juga harus pintar untuk mengelola stok barang dagangannya. Pastikan kegiatan pembelian tidak menyebabkan kelangkaan di masyarakat atau justru kekurangan stok di toko sendiri.

“Pastikan pengusaha mengatur kebutuhan stok sesuai perhitungan. Catatan manual atau menggunakan aplikasi untuk mengelola stok di toko bisa jadi solusi,” lanjut Michael.

3. Saling berbagi dan pdduli

Terakhir, pengusaha juga harus aware dengan keadaan sekitarnya. Hal ini bisa dimulai dengan berbelanja di warung-warung kecil, hingga memberikan donasi kepada pihak-pihak yang sangat terpengaruh dengan adanya pandemi ini.

“Pengusaha harus tangguh dalam setiap ujian bisnisnya, termasuk saat terjadi perlambatan seperti sekarang. Justru, momen ini harus dimanfaatkan untuk mencari peluang baru, melayani konsumen dengan cara baru, atau berinovasi dengan produk baru,” tutup Michael.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related