KAI Journey Tampil di Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya

marketeers article
Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) sedang melihat KAI Journey di Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya. (Dok. Marketeers/Vedhit)

Perjalanan transformasi layanan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ditampilkan dalam Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya. Museum ini merangkum berbagai konsep pemasaran yang dikembangkan oleh Philip Kotler, Bapak Pemasaran Modern dan Hermawan Kartajaya, Founder & Chair of MCorp.

Keterlibatan KAI dalam museum ini ditampilkan dalam bentuk narasi visual bertajuk KAI Journey, yang menelusuri evolusi perusahaan dari masa ke masa.

Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT KAI, menyebutkan bahwa keterlibatan KAI dalam museum ini merupakan wujud kontribusi terhadap perkembangan ilmu pemasaran di Indonesia.

“Kolaborasi ini menjadi bentuk kontribusi kami dalam mendorong pemasaran Indonesia agar semakin dikenal dunia,” ungkap Didiek dalam acara peresmian Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Dimulai dari era tradisional tahun 1945 hingga 2008, KAI kala itu masih berfokus pada pengembangan jaringan rel dan infrastruktur, dengan layanan manual dan sistem tiket kertas. Suasana stasiun yang terbuka dan belum terstandardisasi menjadi cerminan pendekatan Marketing 1.0, yang berorientasi pada produk.

BACA JUGA: Jujutsu Kaisen Season 3 Janjikan Cerita yang Lebih Spektakuler

Transformasi mulai terlihat signifikan pada periode 2009 hingga 2015, saat KAI mulai menempatkan pelanggan sebagai pusat layanan. Berbagai inovasi diluncurkan, mulai dari e-Kios, kartu kereta, hingga peluncuran gerbong khusus perempuan.

Lingkungan stasiun pun ditata ulang agar lebih nyaman dan terorganisir, mencerminkan pergeseran ke arah Marketing 2.0 dan 3.0.

Periode 2016 hingga 2021 menandai langkah besar KAI dalam transformasi digital. Melalui aplikasi KAI Access, pelanggan dapat mengakses berbagai layanan tambahan seperti pemesanan makanan, lokasi, dan hotel, hingga pembayaran digital. Teknologi seperti QR Code dan e-boarding pass mempercepat proses perjalanan, menjadi bagian dari penerapan Marketing 4.0.

“Keikutsertaan kami memperlihatkan bahwa transformasi digital bukan sekadar alat, tetapi juga strategi pemasaran jangka panjang,” ujar Didiek

Sejak tahun 2022, KAI memasuki fase lanjutan digitalisasi dengan inovasi seperti teknologi pengenalan wajah untuk akses stasiun dan pemesanan tiket lintas platform. Inovasi layanan premium seperti kereta panoramik, kabin luas, hingga peluncuran kereta cepat Whoosh yang dilengkapi pelacak jejak karbon menunjukkan pendekatan yang mengarah ke Marketing 5.0 dan 6.0.

BACA JUGA: Waspada Penyakit Kulit dari Pakaian Thrifting, Ini Tips dari Dokter

Didiek menegaskan bahwa inovasi yang dihadirkan KAI bukan semata demi efisiensi, melainkan juga sebagai upaya membangun nilai dan relevansi di tengah perubahan zaman.

“Kami ingin menunjukkan bahwa sektor transportasi juga bisa menjadi pelaku utama dalam perubahan pola pemasaran modern,” tuturnya.

Partisipasi KAI dalam Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya membuka ruang pembelajaran bagi publik tentang bagaimana strategi merek dapat dibangun secara terukur, adaptif, dan berdampak dalam jangka panjang.

Editor: Dyandramitha Alessandrina

Related

award
SPSAwArDS