Kalahkan Negara Maju, PMI Manufaktur RI Tembus 52,7 Poin

marketeers article
Ilustrasi industri manufaktur. (FOTO: 123rf)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan industri manufaktur nasional terus bergeliat. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil survei S&P Global tingkat Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan April berada di posisi 52,7 poin atau naik signifikan dibanding capaian Maret di level 51,9 poin.

Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian menjelaskan peningkatan PMI didorong oleh perbaikan kondisi bisnis dengan diiringi permintaan domestik yang menguat. Geliat industri manufaktur mulai terlihat selama 20 bulan berturut-turut.

BACA JUGA: PMI Manufaktur September 53,7, Menperin: Kinerja Industri Makin Baik

“Dengan terlihatnya hasil PMI dan IKI yang berada di posisi ekspansi, artinya para pelaku industri dan investor di Indonesia tetap optimistis dan percaya diri dalam menjalankan usahanya. Selain itu, mereka punya keyakinan besar terhadap kondisi pasar yang semakin membaik, dengan didukung berbagai program dan kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif,” kata Agus melalui keterangannya, Rabu (3/5/2023).

Menurutnya, kondisi ekspansi pada PMI manufaktur Indonesia tersebut sesuai dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang telah dirilis sebelumnya oleh Kementerian Perindustrian. Tercatat, IKI di bulan keempat tahun ini menembus angka 51,38 poin.

BACA JUGA: PLN Dukung IBC dan Manufaktur Standarkan Baterai Motor Listrik

Agus menyebut kinerja industri manufaktur nasional mengalahkan industri di negara-negara maju yang justru mengalami kontraksi. Seperti di antaranya PMI manufaktur Jerman yang hanya berada di level 44 poin.

Kemudian disusul Prancis 45,5 poin, Inggris 44,6 poin, Korea Selatan 48,1 poin, dan Jepang 49,5 poin. 

“Jadi, di tengah pelemahan PMI manufaktur negara-negara maju tersebut, PMI manufaktur Indonesia tetap tumbuh secara akseleratif dan impresif,” ujarnya.

Agus juga mengungkapkan sektor industri di sebagian negara maju masih mengalami kontraksi, dilihat dari skor PMI manufakturnya, seperti Jerman (44,0), Prancis (45,5), Inggris (46,6), Korea Selatan (48,1), dan Jepang (49,5). 

“Jadi, di tengah pelemahan PMI manufaktur negara-negara maju tersebut, PMI manufaktur Indonesia tetap tumbuh secara akseleratif dan impresif,” ucapnya.

Guna lebih memperkuat permintaan pasar domestik, Kemenperin fokus untuk mengoptimalkan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Termasuk pada proses pengadaan barang dan jasa di pemerintah pusat dan daerah serta BUMN dan BUMD.

Tak hanya itu, pemerintah juga terus proaktif memacu perluasan pasar ekspor, terutama ke negara-negara nontradisional. Salah satunya pada perhelatan Hannover Messe 20223 beberapa waktu lalu, telah terjadi sejumlah kesepakatan kerja sama yang ditandatangani oleh Indonesia dan pelaku industri nasional dengan para negara mitra dan investor global.

“Kerja sama ini, khususnya di sektor industri, akan dapat membawa dampak positif dalam peningkatan daya saing industri kita dan membuka akses pasar yang lebih luas,” kata dia.

Sesuai yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pembukaan Hannover Messe 2023, Indonesia sedang menjalankan dua strategi dalam melakukan transformasi ekonomi melalui inovasi dan teknologi. Pertama adalah hilirisasi industri.

“Dengan Indonesia diberkahi sumber daya alam yang berlimpah, adanya bonus demografi, pasar yang besar, dan ekonomi yang terjaga, menjadikan itu semua sebagai modal besar kami dalam meningkatkan nilai tambah bahan baku di dalam negeri untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” tutur Agus.

Strategi kedua adalah ekonomi hijau. Indonesia berkomitmen kuat menjaga keberlangsungan lingkungan, termasuk dalam penerapan standar industri hijau. 

“Tentu ini membutuhkan banyak investasi, sehingga pemerintah mengundang para investor global untuk turut membangun green economy di Indonesia,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related