Kampanye Anti Rasisme Nike Viral di Media Sosial

marketeers article

Nike yang telah lama dikenal dengan kampanye mereka Just Do It mengambil langkah besar dengan mengubah kampanye tersebut menjadi Don’t Do It. Merek apparel terkenal ini mengubah slogan iconic  itu sebagai bentuk protes dari aksi brutal kepolisian di Amerika Serikat. Pesan serupa yang hingga kini terus digaungkan para pendemo yang turun ke jalan setelah kematian George Floyd di Minneapolis, Minnesota awal pekan ini.

Nike mengunggah video kampanye mereka di Twitter, Sabtu (30/05/2020) lalu dan mendapatkan respons luar biasa dari para pengguna media sosial. Berdasarkan data dari Thinknum, kampanye Nike di media sosial tersebut menjadi yang paling sukses sebagai upaya menggalang kepedulian sosial. Hampir 800 ribu orang membicarakan Nike di media sosial dan angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah.

Dilansir dari Yahoo Finance, melalui email CEO Nike John Donahoe mengungkapkan bahwa Nike melawan segala bentuk kefanatikan, kebencian, dan ketidakadilan dalam berbagai bentuk.

“Ketika Nike tidak bisa menyelesaikan ketidakadilan yang ada, saya yakin kami punya tanggungjawab untuk memberikan kesadaran akan hal tersebut dengan kemampuan terbaik kami,” ujar John.

Publik Amerika Serikat bahkan dunia menyerukan keadilan untuk semua dengan tagar Black Lives Matter sejak awal pekan ini.

Dalam video kampanye berdurasi satu menit tersebut, Nike menyampaikan pesan, “For once, Don’t Do It. Don’t pretend there’s not a problem in America. Don’t turn your back on racism. Don’t accept innocent lives being taken from us. Don’t make any more excuses. Don’t think this doesn’t affect you. Don’t sit back and be silent. Don’t think you can’t be part of the change. Let’s all be part of the change.

Ini bukan kali pertama Nike menggunakan kampanye mereka di luar bidang olahraga. Sebelumnya pada tahun 2018, Nike menggandeng pemain National Football League (NFL) Colin Kaepernick yang pernah mendapatkan kritik karena berlutut pada saat bertanding sebagai bentuk protes atas rasisme di dunia olahraga.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related