Pertusis, atau yang dikenal sebagai batuk rejan, merupakan penyakit infeksi bakteri yang sangat menular dan dapat berdampak serius, terutama pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, perlindungan melalui vaksinasi menjadi langkah krusial untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Sejak pandemi COVID-19, cakupan imunisasi menurun, menyebabkan peningkatan kasus pertusis di berbagai daerah, termasuk Indonesia.
Bahkan, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pada tahun 2024, kejadian luar biasa pertusis terjadi di beberapa wilayah padat penduduk seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Aceh.
Bayi yang belum mendapatkan vaksinasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) memiliki risiko tinggi tertular penyakit ini, terutama dari anggota keluarga yang lebih tua. Dengan gejala khas seperti batuk berkepanjangan, kesulitan bernapas, hingga muntah-muntah, pertussis dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
BACA JUGA: Ibu Hamil Wajib Vaksinasi Influenza, Mitos atau Fakta?
Dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), MSc, Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI menjelaskan bahwa bayi di bawah usia dua bulan sangat rentan terhadap pertussis karena belum memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Vaksinasi DPT baru bisa diberikan mulai usia dua bulan, sehingga dalam periode ini bayi sangat rentan tertular.
“Kasus pertusis paling tinggi terjadi pada bayi di bawah satu tahun, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Apalagi jika di rumah ada kakak atau anggota keluarga lain yang tidak divaksinasi, risiko penularan semakin besar,” jelas dr. Karyanti dalam acara Kalbe Media Diacussion Protecting Moms and Babies: Pentingnya Panduan Vaksinasi untuk Ibu Hamil yang diselenggarakan di Jakarta pada Rabu (19/2/2025).
Selain itu, pertusis sering kali muncul bersamaan dengan infeksi virus lain, seperti influenza dan adenovirus, yang semakin memperburuk kondisi bayi.
Jika tidak ditangani dengan baik, bayi yang terinfeksi dapat mengalami komplikasi berat seperti pneumonia, kejang, bahkan gagal napas yang mengharuskan penggunaan alat bantu napas di rumah sakit.
Peran Penting Vaksinasi
Salah satu strategi paling efektif dalam melindungi bayi dari pertusis adalah melalui vaksinasi ibu selama kehamilan.
Vaksinasi ini dapat meningkatkan antibodi maternal yang kemudian ditransfer ke bayi melalui plasenta, memberikan perlindungan sebelum bayi mendapatkan imunisasi DPT pertamanya.
“Jika ibu mendapatkan vaksin selama kehamilan, antibodi yang ditransfer ke bayi dapat melindunginya dari pertusis, influenza, dan penyakit lainnya di awal kehidupannya,” tambah Dr. Karyanti.
BACA JUGA: Siapkan Tenaga Kesehatan ke Luar Negeri, Ditjen SDM Kesehatan Gandeng Binawan Foundation
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan imunisasi DPT secara lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yaitu dosis pertama di usia 2 bulan, dosis kedua di usia 3 bulan, dan dosis ketiga di usia 4 bulan.
Setelah itu, di usia 18 bulan, dianjurkan booster pertama, dan dilanjutkan dengan booster kedua di usia 5 tahun.
Sayangnya, data menunjukkan bahwa cakupan imunisasi DPT masih jauh dari target. Sebanyak 73% anak yang terkena pertussis tidak mendapatkan imunisasi lengkap, sehingga risiko wabah tetap tinggi.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal agar terlindungi dengan optimal.
Kesadaran orang tua terhadap pentingnya vaksinasi tidak hanya melindungi anak sendiri, tetapi juga membantu mencegah penyebaran penyakit di masyarakat. Dengan perlindungan yang tepat, mereka bisa mencegah kasus pertusis dan memastikan bayi tumbuh sehat tanpa risiko komplikasi yang berbahaya.
Editor: Eric Iskandarsjah Z