Keamanan Siber Jadi Tantangan Terbesar Digitalisasi Industri di Asia Pasifik

marketeers article
Keamanan Siber Jadi Tantangan Terbesar Digitalisasi Industri di Asia Pasifik (FOTO: Kaspersky)

Perusahaan-perusahaan industri di kawasan Asia Pasifik menghadapi tantangan besar dalam proses digitalisasi sistem operasional mereka, terutama di bidang keamanan siber. Hal ini terungkap dalam hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Kaspersky bersama VDC Research.

Dalam penelitian berjudul “Securing OT with Purpose-built Solutions”, Kaspersky menyoroti bahwa hampir 40% perusahaan industri di kawasan Asia Pasifik menyebut keamanan siber sebagai kendala utama saat melakukan digitalisasi terhadap sistem teknologi operasional atau Operational Technology (OT). Laporan ini juga mencatat bahwa banyak perusahaan yang masih menggunakan sistem lama, yang membuat integrasi antara IT dan OT menjadi semakin kompleks dan rawan terhadap serangan siber.

Riset ini melibatkan lebih dari 250 pengambil keputusan dari berbagai industri, seperti energi, logistik, transportasi, utilitas, dan manufaktur. Salah satu temuan penting dari survei ini adalah bahwa meskipun banyak perusahaan sudah mulai menggunakan teknologi digital, sebagian besar dari mereka belum sepenuhnya siap.

Sekitar sepertiga perusahaan masih mengandalkan proses manual atau baru mulai mencoba sistem digital, sementara hampir 64 % menyatakan bahwa mereka ingin mencapai transformasi digital penuh dalam dua tahun ke depan.

BACA JUGA: Asbanda Dorong Digitalisasi BPD Lewat SIPD-RI dan Siskeudes-Link

Di kawasan Asia Pasifik, proses digitalisasi memang sedikit lebih maju dibandingkan kawasan lain. Namun, kekhawatiran terhadap serangan siber justru lebih tinggi.

Masalah utama yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ini adalah kurangnya perlindungan keamanan dalam infrastruktur yang sudah ada, keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia, serta kesulitan dalam memenuhi aturan dan kepatuhan yang berlaku. Selain itu, kompleksitas dalam menggabungkan sistem IT dan OT juga menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan.

Managing Director Kaspersky untuk Asia Pasifik, Adrian Hia, menyampaikan bahwa transformasi digital yang cepat harus diimbangi dengan perlindungan sistem yang kuat. Ia menegaskan bahwa perusahaan harus menggandeng penyedia layanan keamanan yang memahami kebutuhan dunia industri, terutama karena potensi pertumbuhan industri manufaktur digital di Asia Pasifik diperkirakan mencapai nilai US$ 80 miliar pada tahun 2029.

BACA JUGA: Kaspersky: Kasus Phising Tahun 2024 Hampir Mencapai 900 Juta Serangan

“Meskipun perusahaan industri di Asia Pasifik sedikit lebih maju dalam hal digitalisasi, survei kami menunjukkan bahwa hampir satu dari dua perusahaan masih memiliki protokol dan sistem lama yang ketinggalan zaman dan mencoba memecahkan kompleksitas integrasi TI dan OT internal,” katanya dalam siaran pers kepada Marketeers, Jumat (25/4/2025).

Sementara itu, Andrey Strelkov, Kepala Lini Produk Keamanan Siber Industri di Kaspersky menyampaikan seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi digital, potensi ancaman juga makin besar. Menurutnya, solusi keamanan yang tangguh akan menjadi syarat utama bagi perusahaan untuk melanjutkan digitalisasi dengan aman tanpa risiko gangguan besar ataupun kerugian finansial.

Meski tantangan cukup besar, Kaspersky menekankan bahwa keamanan siber bukan sekadar kebutuhan pelengkap, tetapi fondasi penting yang memungkinkan transformasi digital berjalan lancar dan berkelanjutan. Tanpa perlindungan yang memadai, potensi teknologi digital tidak akan dapat dimanfaatkan secara maksimal karena kepercayaan dan keamanan menjadi faktor penentu keberhasilan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS