Kelas Investasi Ninja Xpress Bedah Matematika Valuasi bagi UKM

marketeers article

Tantangan yang dihadapi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bukan hanya perihal bagaimana produk dapat diterima di pasar, melainkan juga mendorong bisnis bertumbuh di tengah kondisi sulit. Namun, hal ini tidak dapat berjalan tanpa adanya modal atau investasi.

Fakta menunjukkan, pelaku UKM kerap kebingungan mengenai kapan waktu yang tepat untuk scale up lantaran khawatir bisnis mereka dapat terganggu jika ada investor baru yang masuk.

Sadar akan permasalahan ini, Ninja Xpress kemudian mengambil langkah untuk memberikan edukasi perihal langkah scale up dan perhitungan valuasi bagi UKM.

Bukan tanpa alasan, langkah ini dilakukan Ninja Xpress guna mendorong pertumbuhan bisnis UKM yang notabane merupakan konsumen terbesar Ninja Xpress. Idealnya, jika bisnis UKM terus bertumbuh, maka bisnis Ninja Xpress pun dapat meraup keuntungan yang lebih besar.

Melalui program Aksilerasi, Ninja Xpress memberikan kelas investasi bagi para pelaku UKM.

“Salah satu pelajaran adalah memahami valuasi bisnis UKM agar para founder bisa mentransformasi usaha mereka lebih besar lagi.  Ini yang membuat kami berambisi menyediakan program dan fasilitas pemberdayaan untuk UKM Indonesia agar membantu tidak hanya go digital, namun juga mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi,” kata Country Head Ninja Xpress Ignatius Eric Saputra di Jakarta, Rabu (28/10/2020).

Ninja Xpress menggandeng mentor ahli investasi Riel Tasmaya yang juga merupakan CEO SUQMA untuk memberikan bimbingan terkait hal ini.

Riel menyarankan, agar pemilik usaha (founder) memahami visi dan misi usaha mereka sebelum meningkatkan derajat perusahaan menjadi lebih tinggi.

“Founder harus tahu sudah di tahap mana usahanya sekarang dan harus dapat menilai perusahaan objektif mau kemana,” ujar Riel.

Ia menganalogikan, mencari investor layaknya mencari jodoh sehingga penting untuk mendapatkan chemistry antara pemilik usaha dan investor barunya.

“Tentu tidak sekali bertemu (one time process) tapi perlu proses berulang-ulang kali (continue process) yang membuat keduanya cocok,” jelas Riel.

Photo Credits: Ninja Xpress

Selain itu, pemilik usaha harus memahami jenis investor mana yang tepat bagi perusahaan. Mulai dari angel investor, perusahaan investasi, venture capital atau perusahaan yang masih berelasi dengan produk yang dijual.

Tentunya pemilik usaha harus juga bijak memilih jenis investasi mana yang tepat dalam pengembangan bisnisnya. Baik itu berupa permodalan (equity financing) atau hanya dalam bentuk pinjaman (loan).

“Tak perlu beri saham ke investor bila ternyata kita hanya butuh pinjaman jangka pendek,” tambahnya.

Dengan demikian, founder harus berhati-hati dalam menentukan valuasi startup agar investor lebih yakin dan mantap untuk berinvestasi. Tunjukkan data finansial atau projection, lalu gunakan pendekatan apa saja untuk mendapatkan data tersebut.

Dilanjutkan dengan laporan finansial dan laporan pajak. Setelah itu ada tahapan analisa industri (Industrial Analysis), analisa pasar (Market Analysis), pemetaan kompetitor (Competitor Mapping) dan terakhir founder and team.

“Yang terpenting bagi saya adalah siapa founder bisnis tersebut. Hal itu terlihat dari business plan hingga tahap eksekusi. Founder yang baik pasti memiliki tim yang kuat,” jelasnya.

Para founder pada dasarnya tak perlu khawatir untuk membuka bisnis sendiri bersama investor baru. Sebab dengan membangun bisnis bersama-sama maka dapat meningkatkan pertumbuhan usaha lebih cepat.

Hanya saja menurut Riel, para founder juga perlu jeli melihat kebutuhan perusahaan. Bila sifat kebutuhan dana bentuknya sementara (project based) maka opsi permodalan dalam bentuk pinjaman bisa jadi pilihan. Alhasil nilai saham yang dimiliki tak berubah.

“Founder perlu tahu apakah memang hanya butuh pinjaman atau mereka butuh permodalan dalam bentuk saham baru,” tambah Riel.

Related