Kembangkan Akuakultur, ASHA Gandeng Perusahaan Norwegia NAS

marketeers article
ASHA akan implementasikan teknologi akuakultur milik NAS (Sumber: ASHA)

PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (IDX:ASHA) melalui perusahaan holding mereka PT Asha Fortuna Corpora mengumumkan telah resmi menjalin kerja sama dengan Norwegian Engineers and Architects AS (NAS). Kerja sama yang dijalin ini dilakukan dalam rangka perencanaan implementasi teknologi akuakultur di Indonesia.

Peresmian kerja sama ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman yang diwakili oleh Komisaris Utama ASHA Asman dan Direktur Utama NAS Svein Gunnar Endresen serta disaksikan secara langsung oleh Direktur Utama ASHA William Sutioso dan Representatif NAS di Indonesia Widya Utama. Dalam kesepakatan tersebut, ASHA berupaya untuk mengadopsi teknologi terbaru yang dikembangkan NAS untuk meningkatkan produktivitas perikanan demi memenuhi permintaan produksi perikanan. 

“Melihat sepak terjang NAS yang sudah terdepan dalam hal teknologi budidaya perikanan membuat kami memilih untuk bekerja sama dengan pihak NAS. Seperti yang kita ketahui, Indonesia terkenal dengan jenis ikan salmon norwey, akan tetapi, kita tidak bisa membudidayakannya di negara tropis. Meskipun demikian, kita dapat mengadopsi teknologi Norwegia untuk mengembangkan budidaya ikan di negara tropis,” kata William Sutioso Direktur Utama PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk dalam keterangan tertulis perusahaan.

Lebih lanjut, William menjelaskan dalam implementasinya, perusahaan asal Norwegia ini akan mengirim para ahli untuk melakukan feasibility studies terkait akuakultur di Indonesia. Selanjutnya, para peneliti dan ahli tersebut akan menerapkan akuakultur dengan system closed-loop, yaitu sistem pembudidayaan komoditas perikanan di darat dengan metode ruang tertutup. 

“Dengan menerapkan metode closed-loop system ini, bio security dapat lebih mudah dikontrol. Berbeda dengan budidaya di lepas pantai yang jauh lebih riskan mengingat banyak faktor eksternal yang tidak dapat kita kontrol,” ujar William.

Selain lebih minim risiko, penerapan sistem closed-loop ini juga diprediksi lebih ramah lingkungan karena limbah sisa budi daya (bio-waste) dapat dikontrol sehingga mengurangi pencemaran lingkungan. Kajian tersebut rencananya dilakukan di daerah Lombok pada lahan seluas 30 hektare. Area ini sengaja dipilih mengingat sanitasi air di wilayah tersebut masih bersih serta jauh dari lingkungan pabrik.

“Dengan adanya kerja sama dalam teknologi akuakultur ini, kami berharap dapat menghasilkan ikan berkualitas tinggi dengan jumlah produktivitas yang besar,” tutur William.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related