Kemenkominfo dan UGM Dorong Kemampuan Digital Masyarakat

marketeers article
Digital transformation or business online concepts with young person thinking and planning platform ideas.communication design.communication design

Berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia dan Katadata Insight Center pada tahun 2021, Indeks Literasi Digital Indonesia berada di 3,49. Angka tersebut menempatkan indeks literasi digital Indonesia masih berada dalam kategori sedang dengan skala skor indeks 0-5. Berangkat dari sini, Kemenkominfo dan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi bekerja sama dengan Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM).

Kerja sama ini pun melahirkan rangkaian Mata Kuliah Kecerdasan Digital (MKKD) 2022.Tak lain, tujuan dari keduanya adalah untuk mendorong kemampuan digital masyarkat. Kelas mata kuliah tersebut dibuka oleh Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi, dan dilanjutkan dengan Diskusi Digital Intelligence yang dibawakan oleh Tasya Kamila dan Fiki Naki sebagai perwakilan dari talenta digital Indonesia.

“Rangkaian Mata Kuliah Kecerdasan Digital ini bersifat inklusif bagi pelajar tingkat sekolah hingga kuliah maupun peserta umum. Di tahun ketiga ini, kami berharap kemampuan digital masyarakat Indonesia dapat terus berkembang, baik secara sosial maupun ekonomi,” ungkap Poppy Sulistyaning Winanti, Wakil Dekan Fisipol UGM.

Sejak pertama diluncurkan tanggal 10 Maret 2022, lebih dari 1.000 peserta telah mendaftar, dan angka itu diprediksi mencapai 10.000 saat pendaftaran ditutup pada 24 Maret 2022. MKKD 2022 akan diadakan secara online menggunakan platform intelijen digital via kecerdasandigital.id, dan selanjutnya, kelas-kelas ini akan terhubung dengan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada semester Gasal 2022.

Pentingnya Keterampilan Digital

Mengacu pada laporan yang dirumuskan oleh McKinsey pada tahun 2019, pada tahun 2030 akan ada sekitar 23 juta pekerjaan yang tergeser oleh otomatisasi. Hal ini diikuti dengan sekitar 27-46 juta pekerjaan baru yang akan hadir, namun 10 juta dari pekerjaan tersebut akan menjadi jenis pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan-keterampilan baru, termasuk digital intelligence.

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan talenta yang melek digital melonjak secara eksponensial seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menggunakan teknologi. “Saat ini, dibutuhkan semangat baru untuk dapat memanfaatkan teknologi secara positif, kreatif, dan produktif. Kita perlu talenta-talenta yang melek teknologi yang akrab dengan dunia digital, dan kelas-kelas CfDS yang memfasilitasi peningkatan kapasitas dan pengetahuan terkait teknologi untuk publik,” tutup Dedy.

Related