Kemenpar Ungkap Experiental Tourism Jadi Tren Industri Pariwasata

marketeers article
Konferensi pers kerja sama Meg Cheese dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. (FOTO: Meg Cheese)

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia semakin gencar melakukan promosi pariwisata Indonesia melalui pendekatan pengalaman langsung atau experiential tourism. Salah satunya dengan menggandeng para mitra dalam program co-branding Wonderful Indonesia untuk mengembangkan wisata edukasi atau edutrip.

Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata menegaskan bahwa tren wisata global kini bergeser dari sekadar melihat keindahan visual menjadi pencarian experience.

“Semua tempat di Indonesia indah. Tapi saat ini dicari para wisatawan adalah pengalaman yang bisa ditawarkan,” ujar Made dalam konferensi pers bersama Meg Cheese yang digelar di Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kemenpar mendorong para mitra co-branding untuk terlibat aktif dalam merancang paket wisata berbasis minat, seperti wisata kuliner, kerajinan tangan, atau kegiatan edukatif yang memperkenalkan kekayaan budaya dan sumber daya lokal.

BACA JUGA Gandeng Kemenpar, Meg Cheese Sulap Keju Jadi Wadah Promosi Pariwisata

Salah satu contoh konkret adalah kolaborasi dengan merek keju Meg Cheese. Lewat kerja sama yang baru saja diresmikan ini, Made membayangkan format wisata edukatif seperti kunjungan anak-anak sekolah ke peternakan sapi perah, belajar cara memeras susu, hingga menyaksikan langsung proses pembuatan keju.

Cara tersebut merupakan pengalaman otentik yang tidak hanya edukatif, tetapi juga menyenangkan. Terutama bagi segmen anak-anak yang bisa melihat langsung proses pembuatan keju dari awal hingga jadi, bahkan mencobanya sendiri. “Itulah bentuk pengalaman yang membuat mereka betah dan ingin kembali,” jelasnya.

Menurut Made, konsep wisata edukasi ini dapat diperluas hingga ke desa-desa wisata, dan menjadi bagian dari ekosistem promosi Wonderful Indonesia. Selain menumbuhkan rasa memiliki dan peduli terhadap destinasi, pendekatan ini juga menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat lokal.

BACA JUGA 10 Surga Tersembunyi di Asia yang Belum Banyak Dijamah Wisatawan

“Kami ingin membangun komitmen bersama dengan para mitra co-branding. Ini bukan hanya soal branding semata, tapi tentang menciptakan ekosistem pariwisata yang saling mendukung dan berkelanjutan,” tambahnya.

Made menekankan, kolaborasi dalam menciptakan experiential tourism dapat membuka peluang untuk menggerakkan roda ekonomi, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga konsumsi lokal. Hal ini menjadi bukti pariwisata bisa menjadi kekuatan ekonomi yang inklusif jika didukung dengan pendekatan kreatif dan kolaboratif.

Editor: Tri Kurnia Yunianto

Related

award
SPSAwArDS