Kemenparekraf Kampanyekan Menulis Kreatif

marketeers article
Closeup of man hands working on laptop in office

Sebagai bagian dari komunikasi, menulis kreatif merupakan aktivitas yang sebaiknya dikembangkan oleh para pelaku ekonomi kreatif. Paling tidak, ini yang saat ini sedang dikampanyekan oleh Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kementerian mendorong para pelaku ekonomi kreatif untuk mengasah kemampuan menulis di era normal baru. 

Plt. Direktur Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukkan dan Penerbitan Kemenparekraf RI Mohammad Amin dalam diskusi virtual dengan tema “Bincang Kreatif; Menulis Fiksi dan Esai Dari Rumah” Jumat (10/7/2020) mengatakan, untuk mendukung tujuan tersebut pihaknya menggelar kegiatan menulis kreatif dari rumah yang diselenggarakan atas dasar arahan dari Presiden Joko Widodo.
 
“Demi menanggulangi dampak dari COVID-19, Presiden Jokowi mengeluarkan langkah-langkah mitigasi yang harus diperhatikan, yaitu perlindungan sosial, padat karya, dan pemberian stimulus bagi para pelaku usaha parekraf. Ketiga hal ini dilakukan agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta para pekerjanya dapat bertahan di tengah kondisi pandemi,” kata Mohammad Amin seperti dikutip dari siaran resmi Kemenparekraf.
 
Menulis dari rumah merupakan kegiatan yang sudah diselenggarakan oleh Direktorat MSPP yang berkolaborasi dengan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) sejak 17 Mei 2020. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat Indonesia khususnya para pelaku kreatif  untuk mengirimkan karya tulis dalam bentuk esai dan cerita pendek.
 
Peserta menulis kreatif dari rumah berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Terdapat 1.076 karya yang telah dikirim. Akademisi dan Kritikus Sastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universits Indonesia (FIB UI) Prof. Melani Budianta mengatakan esai dan cerpen adalah dua hal yang berbeda. “Esai merupakan sebuah paparan mengenai gagasan atau observasi yang ditulis dalam penalaran yang komunikatif berdasarkan data serta rekonstruksi pengetahuan yang dimiliki oleh penulis,” ujar Melani.
 
Sedangkan cerpen merupakan karya imajinasi yang dikelola menjadi suatu produk komunikatif yang indah. “Walaupun bisa saja cerpen mengelola observasi yang ada di sekitarnya menjadi karya yang imajinatif dan mengandung unsur-unsur yang berbeda dari sebuah esai. Unsur dari cerpen sendiri terdapat tokoh, alur cerita, dialog, serta cara menyampaikan sudut pandang. Unsur inilah yang membedakan cerpen dengan esai,” kata Melani.
 
Agus Noor, penulis sastra, menambahkan sesungguhnya kekuatan utama esai terletak pada personalisasi gagasan dan pemikiran. Esai memiliki kekuatan untuk memesona, mempersuasi atau mengajak para pembaca dengan gagasan serta gaya penulisannya. “Sehingga kita benar-benar mendengar renungan intim atau gagasan personal dari penulis,” ujar Agus.
 
Kegiatan menulis kreatif dari rumah ini merupakan momentum yang tepat. “Karena kita bisa membayangkan apa yang sedang dialami oleh masyarakat Indonesia di masa pandemi ini. Bagaimana perasaannya, kemarahannya, kesunyiannya, dan segala problem kemanusiaannya. Hal ini dapat terlihat dari karya tulisnya. Sehingga bisa menjadi refleksi historis dan sosiologis seseorang,” kata Agus.
 
Kemampuan menulis akan tumbuh seiring waktu jika membiasakan diri untuk berlatih menulis setiap hari. Mulai dari hal-hal kecil seperti menulis jurnal keseharian, menceritakan sejarah hidup, suasana yang ingin disampaikan. Apa saja bisa diolah ke dalam tulisan sehingga nantinya akan menciptakan sebuah gaya atau ciri khas tersendiri. Untuk membangun hal tersebut dibutuhkan konsistensi, disiplin, dan proses yang panjang.
 
Banyak membaca juga dapat meningkatkan kemampuan menulis. Alasannya, membaca dan menulis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan sebuah karya tulis.

Agus Noor juga mengatakan ide itu tidak ditemukan, tapi diciptakan. “Kalau ide itu ditemukan artinya orang tersebut malas. Ide dapat diciptakan dari mana saja, bisa dari obrolan dengan teman, atau berita. Kunci untuk menangkap sebuah ide ialah meningkatkan sensibilitas atau kepekaan kita terhadap lingkungan,” ucap Agus.

    Related