Kemenparekraf Usul Merek Gunakan Metaverse untuk Pemasaran

marketeers article
Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (FOTO: Dok Kemenparekraf)

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperkirakan pemasaran lewat metaverse memiliki nilai potensi yang sangat besar. Bloomberg memproyeksikan metaverse akan menjadi masa depan internet dengan nilai yang ditaksir mencapai US$ 800 miliar pada tahun 2024.

“Di tahun 2026, diperkirakan akan ada 25% dari populasi dunia yang bakal menghabiskan setidaknya satu jam dalam sehari di metaverse,” kata Angela Tanoesoedibjo, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat memberikan sambutan dalam acara Bali Digital Fashion Week (BDFW) 2022 di Bali seperti dikutip dari keterangannya, Senin (12/12/2022).

BACA JUGA: Passion, Kunci V2 Indonesia Kian Eksis di Dunia Teknologi

BDFW 2022 yang berlangsung dari 10-16 Desember 2022 dinilai menjadi terobosan baru dalam dunia fesyen Indonesia yang memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) Experience, NFT, dan metaverse. Angela mengapresiasi Maja Labs dan Indonesia Cities Creative Network (ICCN) selaku penyelenggara BDFW 2022 yang menjadi ajang digital fashion week pertama di Indonesia, bahkan Asia.

“Ini merupakan suatu terobosan baru dalam dunia fesyen Tanah Air dan menjadi bentuk karya kreatif dan inovasi yang dipertemukan dengan teknologi blockchain. Harapannya bisa melindungi hak cipta dan memberikan royalti yang berkesinambungan kepada para kreator,” ujar dia.

BACA JUGA: L’Oréal Gaet Ready Player Me, Tawarkan Tampilan Makeup di Metaverse

Menurut dia, digital fesyen menunjukkan potensi pelestarian budaya di dunia maya tanpa batas geografis, sehingga bisa memperkenalkan batik kepada dunia melalui desain skin di game.

“Contohnya, avatar saya yang super keren sekali memakai digital fashion dress bermotif batik karya kolaboratif Maja Labs bersama ICCN,” ucapnya.

Digital fesyen juga hadir sebagai solusi penanganan limbah fesyen dengan cara mengurangi konsumsi air, zat kimia, dan penggunaan bahan baku kain secara total. Hal ini mengingat limbah tekstil industri fesyen di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta ton atau setara dengan 12% dari limbah rumah tangga di tahun 2021, sedangkan hanya 0,3 juta ton limbah tekstil yang bisa didaur ulang.

Upaya tersebut dianggap sejalan dengan tujuan BDFW 2022 sebagai ajang kampanye menyuarakan dampak industri fesyen pada lingkungan, serta memperlihatkan peluang dari digital fesyen.

“Terlepas dari semua potensinya, saat ini pengembangan teknologi digital fesyen juga menghadapi berbagai tantangan, terutama dari segi pendanaan dan juga dari segi SDM (sumber daya manusia). Oleh karena itu, ke depannya seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama meningkatkan jumlah digital talent dan juga meningkatkan pemahaman tentang manfaat industri fesyen tanah air dari sisi ekonomi maupun lingkungan kepada seluruh stakeholders terkait,” tuturnya.

Related