Kemenperin Laporkan Surplus Nilai Ekspor Mobil Naik 64%

marketeers article
Ekspor CBU XL7 Mengalami Peningkatan Salama Kuartal I 2022 (Sumber: PT Suzuki Indomobil Motor)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang tahun 2022 surplus nilai ekspor mobil mengalami kenaikan sebesar 64% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Hal itu membawa industri otomotif nasional menjadi salah satu sektor manufaktur yang strategis karena berperan penting dalam upaya menopang perekonomian nasional.

Febri Hendri Antoni Arif, Juru Bicara Kemenperin mengatakan kontribusi industri otomotif terhadap pertumbuhan industri dan perekonomian terlihat dari peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak, dan peningkatan daya saing secara kontinu sebagai bagian dari keikutsertaan dalam rantai pasok dunia (global supply chain). Meskipun tertekan akibat adanya inflasi dan terdampak perang Rusia-Ukraina, industri tersebut masih menunjukkan performa yang gemilang.

BACA JUGA: Resmikan IIMS 2019, Menperin Rekomendasikan Ekspor Mobil ke Australia

“Manufaktur kendaraan roda empat nasional berhasil menjadi pahlawan devisa dengan kemampuan ekspor secara completely built up (CBU) sebesar 473 ribu unit mobil, meningkat 60,7% dibanding tahun 2021 yang berjumlah 294 ribu,” kata Febri melalui keterangannya, Selasa (31/1/2023).

Menurut Febri, dari sisi nilai pada tahun 2022, ekspor CBU tersebut mencapai US$ 5,7 miliar atau meningkat 63,5% dibanding tahun 2021 (yoy) yang mencapai US$ 3,5 miliar. Apabila nilai ekspor dan impor kendaraan CBU dibandingkan secara nilai menghasilkan surplus devisa sebesar US$ 3,4 miliar, meningkat 64 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah US$ 2 miliar.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembinaan sektor otomotif dalam hal kinerja ekspor dalam bentuk CBU sudah berjalan di arah yang tepat. “Ekspor otomotif Indonesia telah mencapai lebih dari 80 negara,” ujarnya.

Kendati demikian, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif. Beberapa tantangan di antaranya terkait ketersediaan bahan baku, kekurangan semikonduktor, kendala logistik dan transportasi, serta biaya energi yang tinggi.

BACA JUGA: Usai Disepakati IA-CEPA, Indonesia Bisa Ekspor Mobil ke Australia

Untuk mengatasi hal tersebut, R Hendro Martono, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin bilang pemerintah mendorong perusahaan untuk mengembangkan sayap untuk menjangkau pasar-pasar baru, menguatkan inovasi, serta meningkatkan anggaran research & development (R&D). Hal-hal tersebut akan menjadi basis bagi Kemenperin dalam memperjuangkan insentif untuk industri otomotif.

Di samping itu, Kemenperin dan para stakeholder terus berupaya memastikan bahwa proses produksi industri otomotif dapat berjalan dengan baik, termasuk dalam hal ketersediaan bahan baku. Dia juga menekankan perlunya integrasi industri kecil dan menengah (IKM) dalam pasokan dan produksi bagi industri yang lebih besar.

“Kemenperin berkomitmen untuk terus pertumbuhan dan pengintegrasian IKM ke dalam produksi global dan rantai pasokan industri otomotif. Kemitraan antara industri besar dan industri kecil ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang hebat,” kata Hendro.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related