Ketika ASABRI Melawan Disrupsi

marketeers article

Era disrupsi atau akrab dikenal dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) memang menjadi tantangan dunia saat ini. Berbagai lini bisnis kebagian ‘jatah’ menghadapi fenomena ini, tak terkecuali lini pemerintahan. PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) (ASABRI) pun melakukan transformasi guna menghadapi era disrupsi.

Photo Credits: Marketeers

Direktur Investasi dan Keuangan ASABRI, Hari Setianto mengatakan setidaknya ada empat hal yang dilakukan ASABRI untuk menghadapi era VUCA.

Memiliki Navigasi

Bagi ASABRI, memiliki navigasi dalam berbisnis merupakan sebuah keharusan. Terlebih, di era disrupsi. “Melalui navigasi, kami bisa menghalau ombak yang ada,” ungkap Hari di Jakarta, Jumat (03/08/2018).

Guna mengetahui arah yang benar, ASABRI mengundang konsultan sebagai fasilitator untuk membantu mereka merevisi strategi bisnis yang digunakan, menggali lebih jauh apa yang dimiliki ASABRI, dan menghubungkannya dengan perkembangan ke depan.

Lebih dari itu, ASABRI juga mengembangkan Risk Management (GRC) guna melawan ucertainty.

Menjadi Agile

Transformasi bisnis dan budaya menjadi kunci bagi ASABRI untuk menjadi agile guna bergerak cepat dengan arah yang tepat. “Transformasi budaya menjadi fondasi agar tidak timpang. Sedangkan dalam transformasi bisnis, kami melakukan perubahan SOP,” jelas Hari.

Lebih dari itu, persoalan experience pelanggan pun menjadi perhatian ASABRI kini. Hari meyakini experience dari pelanggan harus ditingkatkan, bukan sekadar kepuasan semata.

“Untuk itu kami merevisi bisnis dengan membuat Call Center 24 jam, mobile apps, menyediakan mesin pijat di cabang, mengadakan live music di setiap awal bulan ketika para pelanggan mengambil uang pensiun, menyediakan cek kesehatan gratis, hingga layanan kunjungan nasabah,” papar Hadi.

Menggabungkan dua dunia (militer dan korporasi), ASABRI berupaya melakukan transformasi budaya. Dari dunia militer, Hadi menjelaskan mereka berupaya menyematkan nilai disiplin dan loyalitas pada pimpinan, kesediaan untuk berkorban, dan dedikasi serta konsistensi dalam bekerja keras.

“Sementara dari dunia korporasi, kami berupaya menanamkan nilai fokus pada strategi dan tujuan, non-birokratis, tidak hierarkis, berani mengambil keputusan dari tingkat bawah, dan efisien,” jelas Hari.

Memperluas Orientasi

Bukan hanya memikirkan profit, Hari mengatakan ASABRI telah memperluas orientasi mereka dengan memiliki orientasi pada masyarakat dan lingkungan hidup.

ASABRI menjadi anggota AIGCC (Asia Investor Group on Climate Change) dan memperkuat kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) mereka. Misalnya, dengan membangun jembatan di daerah perbatasan, maupun bedah rumah di sejumlah wilayah yang jarang terjamah.

Mengelola Millennials

Sadar pentingnya melakukan regenerasi, ASABRI tak ingin menjadi perusahaan BUMN yang terkenal tak kekinian. ASABRI pun nampak serius mengelola millennials dengan melibatkan mereka pada berbagai kegiatan dan pengambilan keputusan.

Pada akhirnya dengan memiliki navigasi, menjadi agile, memperluas orientasi, dan mengelola millennials, ASABRI optimistis dapat tumbuh lebih baik ke depan.

“Karena di era disrupsi, mungkin hari ini kami bisa selamat, namun belum tentu minggu depan,” tutur Hari.

Editor: Sigit Kurniawan

Related