Kiat Agar Perempuan Berani Menjadi Entrepreneur

marketeers article
Female creatives in a meeting room listening to their colleague making an informal presentation

Kesempatan menjadi entrepreneur tidak terbatas gender dan umur. Baik perempuan atau laki-laki, baik berumur belasan, awal dua puluh, hingga di atas lima puluh tahun bisa membangun usahanya sendiri. Yang terpenting adalah adanya niat untuk berkarya dan membangun diri sendiri.

“Seorang entrepreneur tidak boleh main-main. Harus fokus untuk meraih keberhasilan,” kata Prita Kemal Gani, CEO & Founder London School of Public Relation di gelaran MarkPlus Conference 2021: Transforming from Relief to Recovery, Rabu (09/12/2020).

Nilai lain yang harus dimiliki oleh entrepreneur adalah kemanusiaan dan kepahlawanan. Entrepreneur harus memiliki solusi terhadap kejadian di sekitarnya. Entrepreneur juga tidak lepas dari upbringing, yaitu sifat yang dibawa dari rumah. Artinya, keinginan untuk menjadi sukses juga harus ditunjukkan dengan sikap di rumah dengan keluarga dan teman-teman terdekat.

Selain itu, Prita mengatakan ada tiga keberanian yang harus dimiliki oleh entrepreneur perempuan. Diantanya Dare to show character sebagai cerminan dari identitas diri, Dare to be different sebagai cerminan dari pola pikir entrepreneur. Kreativitas menjadi kunci di aspek ini. Dengan kreativitas, entrepreneur  bisa menghadirkan solusi yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan aspek ini, entrepreneur dapat membangun culture of innovation yang sangat penting untuk keberlangsungan bisnis.

“Yang terpenting dalam menjadi entrepreneur adalah Dare to dream, even for a second chance,” kata Prita.

Dalam mewujudkan dare tersebut, tentu dibutuhkan perencanaan yang jelas untuk membangun sebuah usaha. dr. Elia Gunawan, Founder ELLA Skin Care mengatakan bahwa perempuan entrepreneur harus  memahami bahwa dibutuhkan core purpose untuk membangun usaha.

“Hal ini sangat dibutuhkan. Kita harus mengetahui kenapa harus membangu usaha, apa nilai berbeda yang dimiliki perusahaan sehingga saat mengambil keputusan pun, kita akan kembali ke tujuan ini sehingga perusahaan memiliki identitas,” ujar Elia.

Contohnya adalah tujuan Elia dalam membangun ELLA Skin Care. Awalnya, Ia mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan ketika bekerja pertama kali. Untuk itu, dalam mendirikan perusahaan ini, Elia mengarahkan core purpose perusahaannya ke arah nilai keperempuanan. Hal ini diwujudkan dengan misi untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman untuk perempuan, membuka kesempatan kerja yang lebih luas untuk perempuan, hingga ketentuan untuk meliburkan diri di tanggal merah untuk menghabiskan waktu dengan keluarga.

“ELLA Skin Care berprinsip bahwa semua perempuan yang bekerja bisa bekerja dengan nyaman tanpa memiliki kekhawatiran akan urusan keluarganya. Kalau dilihat. hal ini mengarah langsung dengan core purpose sebagai identitas utama kami,” tambahnya.

Selain memiliki efek langsung terhadap operasional internal, membangun nilai-nilai perusahaan sesuai core purpose juga memiliki pengaruh langsung terhadap citra usaha. Sudah menjadi ketentuan umum bahwa perusahaan atau merek memerlukan citra yang baik di mata konsumen. Dengan citra yang baik, tidak hanya dapat me-retain konsumen, tapi juga memancing lebih banyak konsumen untuk menjadi pelanggan.

“Dari artikel Harvard Business Review yang saya baca pun, dikatakan bahwa sejumlah perusahaan besar mulai menjadikan core purpose sebagai hal yang penting untuk membangun identitas perusahaan. Karena terbukti core purpose mendorong perusahaan untuk mendapatkan pendapatan yang berkelanjutan. Tentu karena core purpose menjadi kunci bagi perusahaan untuk menjaga relevansi di tengah perubahan yang terjadi sangat cepat di dunia,” tutup Elia.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related