Kiat Cerdas Bangun Kampanye Digital dan Gandeng Influencer

marketeers article
Marketing Commercial Advertising Plan Concept

Di era digital seperti sekarang ini, banyak cara yang bisa dilakukan pelaku bisnis untuk memasarkan produknya. Salah satunya dengan memanfaatkan peran influencer marketing dan kampanye digital. Keduanya memiliki peran penting dalam pemasaran di era kekinian. Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh pemasar saat ingin memasarkan sebuah produk atau layanan.

Choki Rais, Consumer & Digital Marketing Practitioners dari organisasi non profit Marketing Enthusiast Community (MEC) memaparkan beberapa hal terkait influencer marketing. Di antaranya adalah Return of Investment (ROI), strategi mengelola influencer, memilih influencer yang tepat, brand service, dan hingga kasus penipuan.

“Sebelum memilih influencer, kita harus melihat terlebih dahulu database mereka. Apalagi di zaman ini banyak sekali influencer yang melakukan penipuan, seperti membeli followers palsu, bahkan memasarkan produk palsu. Kita harus mengantisipasi itu semua sebelum memilih mereka,” kata Choki dalam pertemuan virtual Marketing Enthusiast Community (MEC), Sabtu (28/08/2021).

Choki mengatakan influencer memiliki berbagai level, mulai dari nano, mikro, makro, sampai all star. Masing-masing level memberikan objektif yang berbeda. Menurutnya, makin tinggi levelnya, makin banyak konsumen yang melihat.

Influencer yang berada di tingkat atas yang memiliki banyak pengikut pasti memiliki visibility lebih tinggi dibandingkan yang berada di tingkat bawah. Akan tetapi, untuk conversation dan engagement, semakin tinggi tingkatnya, justru akan semakin kecil,“ jelas Choki.

Menurutnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan merek dalam memanfaatkan influencer dengan baik. Pertama, sambung Choki , sebanyak 52% komunitas MEC memilih untuk bekerja sama dengan kurang dari sepuluh influencer. 

Kedua, dalam mencari influencer, pemasar harus melihat database influencer lebih dahulu. Misalnya, tingkat engagement yang mereka miliki, jumlah pengikut, proses pembayaran pada jasa mereka, dan konversi peran mereka pada bisnis.

Ketiga, banyak merek yang lebih menyukai influencer dengan pengikut yang tidak terlalu banyak di platform TikTok. Akan tetapi, influencer tersebut memiliki engagement yang tinggi di platform tersebut.

“Kami melihat banyak merek bekerja sama dengan influencer yang hanya memiliki kurang dari 5.000 pengikut di TikTok. Kami mengetahui TikTok memiliki engagement yang lebih tinggi dibandingkan platform lain. Jadi, banyak merek yang berani bekerja sama dengan influencer yang pengikutnya tidak begitu banyak. Ini juga yang akhirnya membuat platform lain mengikuti fitur yang dimiliki TikTok,” jelas Choki.

Choki menambahkan, untuk memanfaatkan influencer, pemasar harus melihat lebih dahulu jenis produk, demografi dan psikografi konsumen, dan tren konsumsi media saat ini. “Setelah itu, baru kita tentukan influencer yang cocok,” katanya.

Dalam memperlakukan influencer, pemasar harus menganggap mereka bagian tak terpisahkan dari tim dalam membangun sebuah merek. Mereka bukan sekadar orang yang dibayar untuk mempromosikan produk.

Selain itu, yang tak boleh dilupakan adalah mengukur keberhasilan peran influencer tadi. Menurut Choki, penting untuk melacak views, visit mentions, dan leads influencer. Dengan begitu, merek akan lebih gampang mengetahui dan memantau sales yang mereka dapatkan.

“Dari awal, kami selalu memasang targat ketika menggandeng influencer. Jadi, seandainya dalam waktu yang sudah ditentukan tidak mencapai target, kami harus mengkaji ulang kinerjanya,” katanya.

Hal yang tak kalah penting dalam pemasaran di era sekarang adalah kampanye digital. Menurut Bahtiar Hidayat, Digital Marketing Manager dari Marketing Enthusiast Community (MEC), kampanye digital harus disesuaikan dengan platform yang digunakan. Platform Google, misalnya, berbeda dengan media sosial, seperti Instagram, Tiktok, maupun Facebook. Pemasar harus memahami cara kerja dari masing-masing platform tersebut.

Bahtiar mengingatkan para pemasar untuk tidak menarget semua orang. Merek tetap harus melakukan segmentasi lebih dahulu. Hal ini berpengaruh pada konten dan kemasan iklan yang dibuat. Iklan yang baik tentunya disesuaikan dengan segmen yang dituju.

Untuk membuat iklan yang baik, kita harus memikirkan target pasar. Jika mereka sudah tahu produk kita, pasti konten iklan yang kita buat akan berbeda dengan orang yang belum mengetahui produk kita. Selain itu, jika ingin membuat iklan dalam bentuk video, pastikan sepuluh detik pertama harus bisa menyampaikan seluruh pesan dan menarik perhatian masyarakat. Ingat, kalau iklannya bertele-tele, orang akan malas melihatnya,” papar Bahtiar.

Bahtiar memberikan beberapa tips membuat konten iklan yang baik. Pertama, pikirkan gambarnya. Menurutnya, gambar tersebut harus bisa menarik perhatian orang. Meski demikian, gambarnya tidak boleh sembarang alias harus mengacu pada nilai yang dimiliki oleh merek tersebut.

Kedua, cari gambar yang bisa membuat orang berhenti sejenak untuk melihatnya. Gambar yang bagus adalah gambar yang memiliki emosi. Hal ini akan lebih gampang menyentuh sisi emosional penonton.

Ketiga, iklan gambar akan jauh lebih baik jika memakai wajah. Semakin besar wajahnya iklannya akan semakin bagus. Akan tetapi, semakin banyak wajahnya, semakin turun minat orang untuk melihat.

Keempat, teks yang ada di dalam gambar tersebut tidak boleh terlalu panjang. Menurut Bahtiar, orang akan malas membaca pesan dalam bentuk teks yang terlalu panjang.

Selain itu, sambung Bahtiar, pemilihan headline sangat penting. Orang melihat iklan pertama-tama yang dibaca adalah headline terlebih dahulu dan baru pesan lainnya.

Headline harus dibuat semenarik mungkin. Kalau headline saja sudah jelek, orang akan malas baca teks selanjutnya. Mereka akan melewatinya begitu saja. Akibatnya, pesan dari iklan tersebut tidak akan tersampaikan,” tutup Bahtiar.

Related