Kiat Rosalie Cheese Bertahan di Masa Pandemi

marketeers article
service and people concept happy indian delivery man with food and drinks in blue uniform over grey background

Pandemi COVID-19 membawa dampak negatif pada sektor food and beverage (F&B). Banyak usaha F&B yang terpuruk, bahkan terpaksa menutup usahanya akibat pandemi. Namun demikian, ada juga yang masih bertahan. Di sisi lain, masih ada pemain baru yang bermunculan di situasi ini. Memang strategi lah yang diperlukan para di sektor ini bisa bertahan, bahkan berkembang saat pandemi.

Menjawab hal tersebut, Diplomat Success Challenge (DCS) XII menghadirkan berbagai pelaku usaha F&B untuk berbagi kiat dan strategi di masa sulit. DCS adalah program Wismilak Foundation yang sudah berjalan selama 11 tahun berturut-turut.

Salah satu narasumber dalam acara ini adalah  Ayu Utami, Founder dari Rosalie Cheese. Ayu merupakan alumni dari program DSC IX pada tahun 2018. Usaha yang dijalankan Ayu adalah produsen natural Indonesian cheese yang semuanya handmade di Bali. Mereka bekerja sama dengan peternak lokal di Bali dan Jawa Timur, serta menggunakan natural ingredients.

Awalnya, mereka menyokong bisnisnya ke hotel dan restoran.  Akan tetapi, akibat dilanda pandemi, Ayu mulai mengganti pasar mereka. Namun mereka tetap melakukan hal yang sama seperti sebelum pandemi, yaitu memperhatikan kebutuhan pasar.

“Apa yang kami lakukan saat ini sama seperti yang kami lakukan saat awal mulai usaha. Kami melihat apa yang market butuhkan, sebenarnya mereka butuh apa. Formulasinya sama. Kita membuat sesuatu yang diinginkan banyak orang sehingga mereka mau membeli produk kita,” jelas Ayu.

Ayu memberikan beberapa strategi mereka dalam menjalankan usahanya saat pandemi. Pertama, mereka melakukan market shift. Dari yang awalnya mereka business to business (B2B), menjadi business to customer (B2C).

“Karena pandemi, semua orang menjalankan aktivitasnya lewat rumah. Mereka juga kebanyakan tidak take away makanan, dan lebih mementingkan masakan dirumah karena lebih sehat. Maka dari itu, peluang ini kami pergunakan karena produk kami semua berasal dari natural ingredients,” kata Ayu.

Selanjutnya, Ayu juga melihat food trend saat pandemi, karena pola makanan kesukaan orang juga berubah saat pandemic, itu yang menjadikan Ayu terus menggali inovasinya. Selaras dengan itu, customer behavior juga diperhatikan.

“Dari customer behavior dan food trend saat pandemi, kita bisa lihat apa yang bisa kita lakukan. Maka dari itu, kami membuat food package yang mana konsumen bisa membuat makanan dari bahan-bahan yang dibeli dari kita secara paket,” ujar Ayu.

Ayu menambahkan bahwa menggunakan teknologi penting, apalagi saat pandemi. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya penjualan offline, sehingga penjualan harus berpindah secara online, yaitu dengan membuka website . Selain online lewat website, Ayu juga membuka warehouse di Jakarta dan Surabaya.

“Karena produk kami ini organik, sehingga tidak bisa bertahan lama. Maka dari itu, kami membuka warehouse di wilayah Jakarta dan Surabaya. Kami stok produk juga disitu agar jangkauan kami bisa semakin luas,” tambah Ayu.

Beda lagi strategi yang dilakukan saat new normal, yang mana restoran sudah mulai dibuka. Menurut Ayu, usaha F&B harus tetap waspada, tidak bisa bikin plan jangka panjang. Harus ada plan lainnya.

“Kita harus tetap aware dan terus membuat banyak strategi dan inovasi. Harus ada plan A, plan B. Selain itu, kita juga harus bisa beradaptasi, karena saat ini kita berada di kondisi yang cepat dan tidak bisa diprediksi,” kata Ayu.

Melihat banyaknya bisnis yang suka bersaing lewat harga, Rosalie Cheese tidak melakukan hal itu. Ayu mengatakan bahwa yang mereka lakukan adalah mengerti pasar mana yang akan di bidik serta perkuat branding. Jadi, yang dijual adalah keunikan dari produk Rosalie Cheese.

Selain itu, dari awal Rosalie Cheese selalu membangun hubungan ke konsumen. Ayu selalu berusaha menjaga aftersales. Ia selalu berusaha mempertahankan customer.

“Dengan kita selalu mempertahankan relationship kita dengan konsumen Rosalie Cheese, itu lebih gampang, dibandingkan kita harus mencari konsumen baru. Treatment di B2B memang berbeda. Kita juga selalu meminta pendapat mereka,” kata Ayu.

Terakhir, Ayu juga melakukan pekerjaan sosial saat menjalankan usahanya ini. Produk Rosalie Cheese melakukan kerja sama dengan peternak-peternak di Bali. Awalnya, Bali tidak mempunyai banya peternak. Namun akibat pandemi, banyak pelaku bisnis yang terpaksa mengganti profesi mereka menjadi peternak. Itu yang dimanfaatkan oleh Rosalie Cheese.

“Kami bermitra dengan para peternak di Bali. Kami mengajarkan mereka bagaimana cara ternak sapi dan kambing, dan bagaimana memproduksi susu dari situ denga kualitas yang bagus,” tutup Ayu.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related