Kinerja Industri TPT Tumbuh 2,64% pada Kuartal I-2024

marketeers article
Ilustrasi pekerja tekstil. Sumber gambar: 123rf.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang kuartal I tahun 2024 industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami pertumbuhan sebesar 2,64% secara tahunan (year-on-year/yoy). Setelah mengalami tekanan yang cukup berat selama tahun lalu, pada tahun ini kembali menunjukkan kebangkitannya.

Taufiek Bawazier, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin menjelaskan kinerja gemilang industri TPT juga tercemin pada capaian nilai ekspornya pada triwulan I 2024 yang mengalami peningkatan sebesar 0,19% atau senilai US$ 2,95 miliar. Capaian ini merupakan hasil yang sangat mempertimbangkan situasi di pasar ekspor masih dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global karena beberapa konflik antarnegara yang terjadi.

BACA JUGA: Banjir Impor, Pengusaha Tekstil Lokal Sulit Jual 1,5 Juta Meter Bahan

Selain itu, dari sisi investasi sektor TPT juga mengalami kenaikan. Untuk investasi penanaman modal asing (PMA), naik sebesar 70,2% atau senilai US$ 194,3 miliar.

“Industri TPT pada triwulan I tahun 2024, mulai menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan, di mana produk domestik bruto (PDB) mengalami pertumbuhan sebesar 2,64% secara tahunan, demikian juga dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/Q2Q) mengalami peningkatan 5,92% dibandingkan kuartal IV-2023 yang mengalami kontraksi -1,15%,” kata Taufiek melalui keterangannya, Rabu (22/5/2024).

BACA JUGA: Order Turun 51%, Industri Tekstil PHK 79.316 Pekerja

Menurutnya, kinerja positif industri TPT ditopang oleh peningkatan ekspor ke berbagai negara seperti Dubai dan Timur Tengah. Pelepasan ekspor ditandai dengan penjualan sebanyak 300.000 meter dalam tiga kontainer senilai US$ 350.000.

“Ini menandai komitmen perusahaan untuk ekspor tahunan sebesar 5 juta meter yang akan terus ditingkatkan dalam rangka membuka pasar nontradisional, selain pasar utama ekspor yang selama ini menjadi andalan Indonesia seperti negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang,” tuturnya.

Taufiek menyebut ke depan pasar garmen dan tekstil di negara-negara Timur Tengah akan terus tumbuh signifikan sampai dengan lima tahun ke depan. Dia memproyeksikan pertumbuhan tahunan mencapai 7% dengan nilai pasar fesyen mencapai US$ 89 miliar.

Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi menyumbang hampir setengah dari pasar industri fesyen di Timur Tengah, serta Qatar yang terus meningkat konsumsinya. Kemenperin mencatat Indonesia mengekspor tekstil dan pakaian ke negara-negara Timur Tengah sekitar 5,4% dari total ekspor TPT nasional atau senilai US$ 753 juta. Artinya, baru memiliki market share 1,5%.

“Oleh karena itu, upaya peningkatan ekspor ke negara-negara Timur Tengah menjadi sebuah langkah yang penting,” kata dia.

Dari sisi perusahaan, PT Mahugi Jaya Sejahtera menjadi salah satu eksportir yang mampu menembus pasar Timur Tengah. Charles Senjaya, Direktur Operasional PT Mahugi Jaya menyebut keberhasilannya mencapai pasar internasional lantaran sukses melakukan diversifikasi produk.

Selain itu, kapasitas produksi juga ditingkatkan melalui program restrukturisasi mesin. Charles bilan perusahaannya membidik perluasan pasar eskpor, tidak hanya untuk pasar Timur Tengah, tetapi juga untuk merek global dengan bahan baku yang sepenuhnya dari dalam negeri.

“Kami juga berencana untuk melakukan ekspansi secara kapasitas, dan juga berupaya dengan industri tekstil dalam negeri lainnya terutama dengan industri penyedia bahan baku agar fesyen muslim yang dipasarkan dalam negeri dapat diproduksi dan dibuat di dalam negeri,” katanya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS