Kinerja Kredit Turun, BCA Tetap Catat Kinerja Solid Pada Tahun 2020

marketeers article
JAKARTA Indonesia. February 18, 2019: Aerial view of modern office buildings in Jakarta Central Business District

Pandemi COVID-19 menyebabkan berbagi industri mengalami kesulitan. Tak terkecuali industri perbankan. Industri ini tidak bisa berbuat banyak selain memberi keringanan kredit pada nasabahnya atau berupaya menyamakan langkah dengan perkembangan pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi,

PT Bank Central Asia Tbk. (IDX: BBCA) mengumumkan per akhir Desember 2020, total kredit BCA turun 2,1% YoY menjadi Rp 575,6 triliun. Secara kosolidasi, total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun atau melemah 2,5%. Meskipun begitu, perusahaan ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak hingga 11,2% YoY menjadi Rp 45,4 triliun.

“Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan likuiditas, biaya dana yang lebih rendah, dan perlambatan belanja operasional. Secara laba bersih, BCA memang turin 5,0% menjadi Rp 27,1 triliun akibat biaya percadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset,” kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk.

Selama tahun 2020, BCA berhasil mencatat pertumbuhan transaksi pembiayaan. Kredit korporasi meningkar 7,7% YoY menjadi Rp 255,1 triliun. Sementara itu, kredit komerial turun 7,9% YoY menjadi Rp 186,8 triliun. Kredit konsumer BCA secara keseluruhan mengalami kontraksi 10,8% YoY menjadi Rp 141,2 triliun. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pelunasan yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru dari total portofolio kredit.

Penurunan kredit ini didorong oleh aksi BCA dalam merestrukrusasi kredit nasabah sejak awal COVID-19. Bank ini telah merestrukturisasi kredit hingga Rp 104,2 triliun atau 18% dari total kredit. BCA berhasil merestrukturisasi kredit 100 ribu nasabahnya.

Meskipun begitu, BCA tetap menunjukkan kinerja yang solid. Tahun lalu, bank ini mencatat total aset Perseroan mampu menembus Rp 1.000 triliun. Tepatnya Rp 1.075,6 trilun atau naik 17% YoY.

Pertumbuhan ini didorong oleh kepercayaan nasabah terhadap bisnis, transaksi, dan layanan BCA. Pertumbuhan ini menjadikan CASA berkontribusi bank sebagai dana inti bank. Kontribusi sebesar Rp 76,6% dari total dana pihak ketiga ini rencananya akan digunakan untuk memperkuat franchise transaksi peerbankan. BCA juga tengah bersiap-siap mematangkan layanan perbankan digital yang bersifat SuperApp pada awal tahun 2021.

“BCA melihat potensi perbangkan digital yang semakin diminati nasabah. Data kami menyebutkan jumlah transaksi mobile dan internet bankking di BCA terus tumbuh. Tahun ini mencapai 50.7% YoY. BCA sendiri telah memproses lebih dari 3- juta tranaksi perhari sejak tahun 2019,” tambah Jahja.

Rasio keuangan tetap kokoh

Di tengah masa sulit, BCA tetap berhasil menunjukkan posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal sebesar 25,8%. Loan to depost ratio pun terjaga pada 65,8% yang artinya keuangan BCA sangat sehat. Jahja mengatakan, fokus banknya pada tahun ini adalah relaksasi dan restrukturisasi kredit sebagai langkah untuk memulihkan perekonomian nasional.

“Kesuksesan ini tidak lepas dari strategi jitu yang telah dikeluarkan BCA dalam masa pandemi ini. Sebut saja, mendukung banking from home dari aplikasi smartphone yang mempermudah transaksi tanpa perlu keluar rumah. Restrukturisasi kredit juga menjadi fakto terjaganya kepercayaan nasabah kepada bank,” pungkas Jahja.

Editor: Sigit Kurniawan

Related